Oleh Syamsu Hilal
Allah Swt. mewajibkan ibadah haji sebagai sarana untuk mewujudkan
nilai-nilai pengorbanan, persatuan, dan persaudaraan. “Allah telah
menjadikan Ka´bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia)
bagi manusia...” (QS Al-Maidah [5]: 97).
Hati sanubari senang menatap Baitullah. Jiwa
menyatu dengan tubuh pada setiap langkah kaki ketika thawaf mengitari
Ka’bah. Seluruh wajah
di setiap tempat menghadap ke arahnya sebagai tanda kesatuan kiblat dan
persatuan. Adapun Hajar Aswad yang menempel di sudut Ka’bah adalah titik
pertemuan emosi manusia dan rasa persaudaraan. Siapa saja yang menyalaminya
seolah-olah ia menyalami semua saudaranya sesama manusia, dan orang
yang menciumnya seakan-akan mengirimkan keikhlasan dan kasih sayang kepada umat
manusia.
Ketika jamaah haji berada di hadapan jamarat,
mereka membayangkan bahwa kekuatan jahat menjelma dalam diri iblis laknatullah
‘alaihi, lalu mereka melemparinya dengan kerikil sebagai tanda permusuhan
dengannya. Setelah itu, jamaah haji telah bersih dari dosa sebagaimana saat
mereka dilahirkan. Setelah wuquf di ‘Arafah, Allah Swt. menurunkan
kepada mereka rahmat yang berlimpah. Karena itulah, seharusnya mereka menjadi
penolong Ar-Rahman (Allah Swt.) dan musuh bagi setan.
Jamaah haji di setiap ritualnya harus
terhubung hatinya dengan Allah, tersambung jiwa dan ruhnya dengan ampunan,
pahala, ridha, dan cinta-Nya. Apabila telah berihram, maka syiarnya adalah:
"Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Ketika melakukan thawaf, maka amal yang harus dilakukan adalah memanjatkan berbagai doa ke langit seraya berjanji untuk berkomitmen melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya:
"Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Ketika melakukan thawaf, maka amal yang harus dilakukan adalah memanjatkan berbagai doa ke langit seraya berjanji untuk berkomitmen melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya:
“Dengan nama Allah, Allah
yang Maha Besar, Ya Allah, demi keimanan kepada-Mu, dan membenarkan Kitab
suci-Mu, memenuhi janji dengan-Mu serta mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad.”
Dengan demikian, hakikat
pelaksanaan ibadah haji adalah untuk memperbaharui komitmen ketaatan kita
kepada Allah Swt. sekaligus memperkuat persatuan dan persaudaraan di antara
umat Islam. Peningkatan kualitas ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya harus
tampak pada pribadi-pribadi usai pelaksanaan ibadah haji. Wallahu a’lam bish
shawab.
0 comments:
Posting Komentar