Kasus meninggal atau
mati mendadak seperti yang menimpa pelawak Jojon dan beberapa tokoh publik
lainnya semakin sering kita dengar akhir-akhir ini. Mungkin di antara kita,
dalam waktu sangat singkat telah kehilangan keluarga atau kerabat dekat secara
tiba-tiba, yang tak pernah diduga sebelumnya.
Beberapa tahun lalu
kita dikejutkan dengan meninggalnya anggota DPR RI Adjie Massaid dan pelawak
Basuki. Dan di akhir zaman, jumlah orang yang meninggal mendadak akan semakin banyak.
Karena kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari
tanda semakin dekatnya hari Kiamat. Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya
di antara tanda-tanda dekatnya hari Kiamat adalah akan banyak kematian
mendadak." (HR. Thabrani).
Fenomena ini sudah
sering kita saksikan pada masa sekarang ini. Orang yang sebelumnya sehat bugar,
tiba-tiba mati mendadak. Berdasarkan hasil penelitian, setiap tahunnya banyak
orang meninggal karena stroke dan serangan jantung, bahkan disebutkan kalau penyakit
jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian mendadak pada
saat ini.
Meski banyak pintu
kematian, tetapi hakikat kematian itu satu, yaitu datangnya ajal. “Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu (ajal). Maka apabila telah datang waktu (ajal)
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya (QS Al-A’raf: 34).
Secara umum, kematian
memiliki sebab. Namun, kematian yang didahului oleh sebab tak terduga itulah yang
dimaksud dengan kematian mendadak. Para ulama mendefinisikan kematian mendadak
sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu singkat dan salah satu
kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.
Kematian seseorang akibat kecelakaan lalu lintas dan bencana alam (seperti
banjir bandang, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan
lain-lain) adalah termasuk kematian mendadak.
Bagaimana kedudukan
mati mendadak bagi Mukmim? Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian
mendadak bagi seorang Mukmin bukanlah pertanda buruk. Abdullah bin Mas’ud ra.
berkata, “Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang Mukmin dan
kemurkaan atas orang-orang kafir. Kematian mendadak merupakan istirahat
(ketenangan) bagi seorang Mukmin dan kemurkaan atas orang kafir” (HR al-Thabrani).
Dari Aisyah ra.
berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai kematian yang
datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab, ‘Itu merupakan kenikmatan bagi
seorang Mukmin dan bencana bagi orang-orang jahat” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud dan Aisyah ra., keduanya berkata, “Kematian yang datang
mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang Mukmin dan kemurkaan bagi orang
zalim” (HR Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi).
Alangkah indahnya
hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dari hadits Abu
Qatadah, Rasulullah Saw. pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu
bersabda, “Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan
darinya?” Beliau menjawab, “Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari
keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba
yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman
dan tenang) darinya” (HR Muslim dan Ahmad).
Kita menyadari bahwa
kematian adalah sesuatu yang pasti datangnya. Kapan waktunya, dimana, dan
sedang apa kita ketika kematian itu datang, sangat menentukan apakah kita
mendapatkan husnul khatimah atau su’ul khatimah. Agar mendapat husnul
khatimah, kita harus memastikan bahwa setiap pekerjaan atau aktivitas yang
kita lakukan harus dalam rangka menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah
Swt. Wallahu a’lam bish shawab.
0 comments:
Posting Komentar