Kalau
kita bertanya kepada para pengelola program televisi tentang acara yang paling
digermari pemirsa, kemungkinan besar jawabannya adalah acara hiburan yang
dikemas dalam bentuk lawakan atau banyolan, seperti OVJ, YKS, ILK, Pesbuker. Inti
dari acara-acara semacam itu adalah lawakan yang seringkali isinya saling ejek
dan saling hina. Di antara para personil acara tersebut sudah mafhum dan
memaklumi bahwa ejekan atau hinaan yang mereka lontarkan hanya sekedar canda-tawa
dan senda-gurau sematan untuk menghibur pemirsa. Karenanya mereka tidak boleh
marah apabila dipanggil dengan nama hewan, wajahnya disamakan dengan setan,
atau perilakunya diidentikkan dengan salah satu warga kebun binatang.
Dengan
cara demikian
para artis, selebritis, dan pelawak menghibur pemirsa televisi. Dan pada
kenyataannya sebagian besar penonton televisi benar-benar terhibur dengan tayangan seperti itu. Tanpa
sadar, kita mungkin telah menjadi salah seorang penggemarnya.
Fenomena di atas, sesungguhnya telah diprediksi oleh Ibnu
Mas’ud ra., sahabat sekaligus pemegang rahasia Nabi Saw. Beliau berkata,
“Akan datang pada akhir zaman suatu kaum yang pekerjaan utamanya adalah saling
mencela, sementara mereka menyebutnya sebagai pekerjaan.” Ibnu Mas’ud ra.
menyebut fenomena merebaknya acara lawakan di televisi yang mengandalkan saling
caci, saling maki, dan saling hina sebagai salah satu tanda-tanda akhir zaman.
Bagaimana Islam memandang hal tersebut? Allah Swt.
melarang manusia mencela, merendahkan, atau mengolok-olok sesama manusia,
meskipun hal itu dilakukan hanya sekedar senda-gurau atau sandiwara belaka.
Allah Swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujurat: 11).
Masih banyak cara untuk membuat orang lain tertawa. Bukan
dengan cara saling cela atau saling hina. Apalagi yang menjadi obyek celaan
atau hinaan adalah bagian tubuh manusia yang dianggap kurang sempurna. Kita
khawatir, tawa dan canda kita, kelak akan menjadi beban yang dapat
menjerumuskan ke dalam Neraka. Na’udzubillahi min dzaalik. Wallahu a’lam bish
shawab.
0 comments:
Posting Komentar