“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar: 65).
Ibarat
seorang pedagang, tentu dalam hidup kita di dunia dan akhirat yang kita
dambakan adalah keuntungan. Betapa tidak enaknya manakala kita menjadi pedagang
yang rugi. Hal ini karena, disamping karena tidak memperoleh keuntungan, modal
yang dimilikipun bisa berkurang dan habis yang membuatnya menjadi sangat sulit
untuk bisa berdagang lagi, kecuali dengan cara berutang. Disamping beberapa
poin yang sudah kita bahas pada tulisan terdahulu, akan kita bahas lagi
beberapa poin yang menjadi faktor penyebab seseorang bisa mengalami kerugian
dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat.
Hubungan Yang Buruk Kepada Allah Swt.
Sebagai hamba Allah, manusia seharusnya bisa
menjalin hubungan yang sebaik-baiknya kepada Allah Swt, karenanya di dalam
Islam kita mengenal ada istilah taqarrub ilallah (mendekatkan diri
kepada Allah) atau hablum minallah (hubungan kepada Allah). Manakala
hubungan kepada Allah telah kita lakukan dengan sebaik-baiknya, akan kita
peroleh keberuntungan dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat, sedang bila
sebaliknya yang terjadi adalah kerugian yang nyata. Ada beberapa bentuk
hubungan buruk kepada Allah Swt. yang bisa mendatangkan kerugian.
Pertama, durhaka kepada Allah yang juga berarti durhaka kepada Rasul-Nya, Allah
memerintahkan sesuatu kepada manusia, tapi ia tidak mau mentaati perintah itu,
atau Allah mengatur manusia dengan aturan yang baik, tapi manusia tidak mau
diatur oleh aturan Allah dan Rasul-Nya, padahal aturan itu akan membawa
kemaslahatan bagi manusia itu sendiri sehingga tercegah dari segala bentuk
kerusakan. Kemurkaan Allah akan ditunjukkan kepada manusia, ini merupakan
kerugian yang besar sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya,
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang
mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-Rasul-Nya, maka Kami hisab mereka
dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. Maka
mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat
perbuatan mereka kerugian yang besar” (QS Ath-Thalaq :8-9).
Kedua, Menyekutukan Allah, baik dengan menuhankan sesuatu selain Allah maupun
beramal bukan karena Allah, yakni ada unsur riya atau mengharapkan pujian orang
lain dalam amalnya, merupakan salah satu
bentuk hubungan yang buruk kepada Allah Swt, karenanya Allah sangat murka
kepada orang yang melakukan kemusyrikan seperti itu meskipun tergolong syirik
yang kecil, sehingga amal-amal yang telah dilakukannya di dunia meskipun
nampaknya baik, tetap saja tidak ada nilai apa-apanya di akhirat kelak, ini
merupakan kerugian yang sangat nyata, Allah Swt. berfirman yang artinya,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS
Az-Zumar: 65).
Ketiga, berprasangka buruk kepada Allah, hal ini disebut bisa mendatangkan
kerugian karena sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah mestinya kita
bisa berperasangka baik kepada Allah sehingga meskipun kita mengalami hal-hal
yang tidak menyenangkan dalam hidup ini kita tidak menyalahkan Allah Swt.
Disamping itu, kita juga disebut telah berprasangka buruk kepada Allah bila
kita menganggap keburukan dan niat buruk yang kita lakukan tidak diketahui
Allah Swt., padahal Dia Maha Tahu terhadap apapun yang terjadi pada makhluknya,
bila kita berprasangka buruk kepada Allah seperti itu, maka kita akan menjadi
orang yang rugi, Allah Swt. berfirman
yang artinya,
“Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari
persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahwa kamu mengira
bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang
demikian itu adalah prasangka yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu,
prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang
yang merugi (QS Fushshilat: 22-23).
Keempat, mengingkari ayat-ayat Allah, hal ini merupakan salah satu faktor yang
membuat manusia bisa mengalami kerugiaan, hal ini karena dalam hidupya manusia
pada hakikatnya sangat memerlukan petunjuk dari Allah Swt., dengan petunjuk
itu, manusia akan menjalani kehidupan
dengan baik dan menyenangkan, sedangkan bila tidak menggunakan petunjuk Ilahi,
kehidupan manusia menjadi sesat, sedang yang dilalukannya adalah hal-hal yang
bernilai maksiat sehingga hal itu akan membawa kerugian bagi dirinya sendiri,
karena timbangan amal kebaikannya menjadi sangat ringan, Allah Swt. berfirman
yang artinya,
“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya,
maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Kami” (QS Al-A’raf: 9. Lihat juga QS Al-Baqarah: 121,
Yunus: 95).
Takut Kepada Musuh.
Kehidupan di dunia ini memang sebuah pertarungan,
banyak sekali musuh-musuh orang beriman yang menghalangi mereka dari jalan
hidup yang benar, karena itu kaum muslimin tidak boleh takut kepada
musuh-musuhnya itu, apalagi bila peperangan secara fisik telah terjadi. Karena
itu, Rasulullah Saw dengan para sahabatnya telah menunjukkan kepada kita akan
keberaniannya yang menakjubkan dalam menghadapi musuh-musuh yang tidak suka
terhadap Islam dan kaum Muslimin, bahkan tidak sedikit para sahabat yang
justeru mendambakan kematian di medan jihad sehingga tidak ada perasaan takut
mati dan ini membuat orang kafir menjadi takut sebagaimana Khalid bin Walid
yang menangis menjelang kematiannya karena ia tidak mati di medan perang, tapi
mati di atas tempat tidur. Hal ini karena mati di medan perang dalam upaya
menghadapi musuh-musuh Islam merupakan sesuatu yang sangat mulia, ini bukan
berarti kematian Khalid di atas tempat tidur sebagai kematian yang tidak mulia.
Manakala seorang muslim takut dalam menghadapi
musuh-musuhnya, maka kerugian yang tiada terkira akan dialaminya. Paling tidak
ada dua kerugian orang yang takut kepada musuh-musuh Allah Swt.
Pertama, kehidupannya di dunia akan berada di bawah kendali musuh-musuhnya
sehingga ia harus tunduk kepada kehendak sang musuh itu meskipun ia sebenarnya
tidak menyukainya. Kondisi ini akan membuat manusia yang mengaku muslim ini
akan menjadi seperti kerbau yang dicocok hidungnya lalu ia harus berjalan
kepada talinya ditarik. Bahkan bisa jadi hal ini bukan membuat sang musuh
menjadi senang, tapi malah semakin sewenang-wenang karena ia yakin tidak akan
mendapat perlawanan. Secara psikologis, hal ini akan membuat seorang muslim
merasa begitu lemah dan musuhnya dianggap begitu kuat dan pada akhirnya seorang
muslim yang tunduk kepada sang musuh itu akan menjadi minder dalam menjalani
kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Singkat kata, dalam kehidupan di dunia
ini, orang yang takut kepada musuh-musuhnya, kaum muslimin tidak akan memiliki
harga diri, martabatnya menjadi begitu hina dan rendah.
Kedua, memperoleh murka dari Allah Swt. dalam kehidupannya di akhirat kelak,
hal ini karena Allah Swt menghendaki agar kaum Muslimin menunjukkan
keberaniannya dalam menghadapi musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin, ketakutan
kepada musuh bukanlah karakter orang yang beriman, karena kapan saja orang
beriman siap menghadapi musuh yang memiliki kekuatan besar sekalipun, karena mereka
yakin bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, tak ada takut kepada
kematian, tapi yang takut kepada musuh dan kematian adalah orang-orang yang
munafik, Allah Swt. meneggaskan soal ini yang terdapat dalam firman-Nya yang
artinya,
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
dikatakan kepada mereka, ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat.’ Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba
sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti
takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata,
‘Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?. Mengapa tidak
Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?’
Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. Dimana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh’” (QS An-Nisa`: 77-78).
Oleh karena itu, Allah Swt. menegaskan agar seorang
Muslim tidak takut dalam menghadapi musuh-musuhnya yang tidak suka terhadap
kemajuan kaum Muslimin, karena hal itu hanya akan mendatangkan kerugian di
dunia maupun di akhirat, Allah berfirman yang artinya,
“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina)
yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena
takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi (QS
Al-Maidah: 21).
Akhirnya
menjadi semakin jelas bagi kita bahwa kerugian akan menimpa kepada seseorang
dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat, meskipun ia mengaku sebagai seorang
muslim manakala tidak konsekuen dengan pengakuannya itu. Wallahu a’lam
bishshawab.
0 comments:
Posting Komentar