Pagi yang berkah. Hari itu adalah hari pertama ‘asyrul
awakhir (sepuluh hari terakhir) di bulan Ramadhan 1433 Hijriyah. Mat Bulbit
berangkat dari rumah ke kantor dengan penuh rasa syukur karena dia baru saja
mengkhatamkan Al-Qur’an yang kedua kalinya di bulan yang penuh rahmat itu.
Baginya, sesungguhnya ini adalah penurunan prestasi, karena menjelang ‘asyrul
awakhir Ramadhan tahun lalu, Mat Bulbit mampu mengkhatamkan Al-Qur’an tiga
kali. Meski demikian, ia tetap besyukur.
Sudah menjadi kebiasaan, tatkala mesin mobil dihidupkan, tilawah
Al-Qur’an yang dilantunkan Syeikh Maher al-Muaiqly langsung terdengar dari CD
yang terpasang di dalam tape mobilnya. Tak lupa Mat Bulbit membaca doa safar,
yaitu doa orang yang hendak melakukan perjalanan di darat , di laut, atau di
udara dengan pesawat terbang. Dengan doa itu, dia berharap Allah Swt.
melindunginya dari segala hal yang tidak diinginkan selama dalam berjalanan,
hingga selamat sampai ke tempat tujuan.
Mat
Bulbit menikmati lantunan tilawah sambil mengendarai mobil. Ia sengaja
melakukannya untuk menjaga hafalan beberapa surat Al-Qur’an agar tidak lepas
dari kepalanya.
Syukur,
pagi itu jalan yang dilalui Mat Bulbit lebih lancar dari biasanya. Hal itu
mungkin disebabkan sebagian pengguna jalan sudah ada yang pulang kampung alias
mudik. Menjelang perempatan menuju jalan tol lingkar luar Jakarta (JORR), Mat
Bulbit merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan mobilnya. Ternyata ban
mobil depan sebelah kanan kempes.
Mat
Bulbit menepi, tapi tidak langsung turun dari mobilnya. Dua orang pengendara
sepeda motor yang berboncengan sempat berhenti beberapa saat di samping kanan
mobil dan memperhatikan Mat Bulbit dari arah luar. Mat Bulbit pun sempat beradu
pandang dengan kedua pengendara motor itu. Namun, dia tidak merasakan sesuatu
yang aneh.
Mat
Bulbit lalu turun dari mobil dan langsung menguncinya. Sejenak ia memperhatikan
ban mobilnya yang kempes. Waktu itu, suasana lalu lintas mulai ramai, tapi
tetap lancar. Di tengah kebingungan dan kegundahannya, seorang lelaki tua
menyapa Mat Bulbit.
“Hati-hati
pak, sepertinya ada orang yang membuat ban mobil bapak kempes,” sapanya.
“Iya
pak, baru kali ini ban mobil saya kempes,” jawab Mat Bulbit sambil
memperhatikan peringatan lelaki tua tadi.
Mat
Bulbit teringat kejadian yang menimpa teman sekantornya setahun lalu. Waktu
itu, temannya baru saja berangkat dari rumah di Bogor hendak ke kantor. Selepas
lampu merah Cimanggu, tiba-tiba ada pengendara sepeda motor yang memberitahu
kepada sopirnya bahwa ban mobil kempes. Sang sopir langsung menepi dan turun
dari kendaraan. Teman Mat Bulbit ikut turun. Celakanya sang sopir tidak
mengunci pintu mobil. Mungkin dia menganggap hal itu kejadian biasa saja.
Sementara
sang sopir sibuk mengganti ban mobil yang kempes dengan ban serp, teman Mat
Bulbit disibukkan oleh beberapa orang yang mengajaknya berbicara, sehingga tak
sempat memperhatikan mobilnya. Mungkin teman Mat Bulbit juga tidak menangkap
hal-hal mencurigakan di sekitar tempat kejadian.
Setelah
selesai mengganti ban, sang sopir mempersilahkan teman Mat Bulbit masuk ke
mobil untuk melanjutkan perjalanan ke kantornya di Jakarta. Beberapa saat
kemudian, teman Mat Bulbit baru menyadari bahwa tas kerja yang berisi laptop
dan uang sudah lenyap dari tempatnya.
Musibah
yang menimpa temannya makin membuat Mat Bulbit waspada. Sambil menanggapi
pembicaraan lelaki tua tadi, pandangan Mat Bulbit tak lepas sedikit pun dari
mobilnya. Baru saja ia hendak mencari bantuan, tiba-tiba lelaki tua itu
berkata, “Pak, itu di seberang jalan kan bengkel tambal ban.”
Mat
Bulbit langsung mengarahkan pandangannya ke seberang jalan yang ditunjuk lelaki
tua tadi. Dan , subhanallah, ternyata benar. Di seberang jalan tempat
mobil Mat Bulbit berhenti ada bengkel tambal ban. Alhamdulillah, wajah
Mat Bulbit sumringah. Ia tidak menduga sama sekali bahwa di seberang jalan
tempat ia menghentikan mobilnya ada bengkel tambal ban. Berkali-kali Mat
Bulbilt mengucap alhamdulillah. Di tengah musibah, ternyata Allah
memberi jalan keluar. “Ini adalah salah satu kebesaran bulan Ramadhan,” pikir
Mat Bulbit.
Tanpa
membuang-buang waktu, Mat Bulbit langsung memanggil pemilik bengkel dengan
sapaan khas orang Sumatera Utara. “Lay, tolong dong, ban mobil saya kempes,”
teriak Mat Bulbit sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya.
Mat
Bulbit sengaja tak mau meninggalkan mobilnya lantaran khawatir bahwa kejadian
yang sedang dialami adalah modus yang sama dengan yang menimpa temannya setahun
lalu. Pemilik bengkel menghampiri Mat Bulbit dan langsung bekerja melepas ban
mobil yang kempes.
Ada
pemandangan agak aneh yang ditangkap Mat Bulbit dari sosok si pemilik bengkel.
Waktu itu si pemilik bengkel sudah bersiap-siap hendak membawa ban mobil yang
kempes ke bengkelnya yang terletak di seberang jalan dengan cara
digelindingkan. Tapi dia tak langsung menyeberang, padahal waktu itu lalu
lintas kendaraan sedang sepi. Sang pemilik bengkel berdiri beberapa menit di
samping Mat Bulbit sambil mengerak-gerakkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri
seperti orang yang sedang berolah raga. Akal Mat Bulbit mulai bekerja dan
mencoba merangkai kejadian demi kejadian. Mulai dari ban kempes, dua orang
pengendara sepeda motor yang memperhatikannya, orang tua yang mengajaknya
berbicara, hingga pemilik bengkel yang bertingkah agak aneh. Tapi Mat Bulbit
belum melihat bahwa semua kejadian itu hasil rekayasa atau sengaja diciptakan
oleh seseorang.
Pandangan
Mat Bulbit tetap fokus pada mobilnya. Tak ada tanda-tanda mencurigakan. Pemilik
bengkel sudah menyeberang sambil menggelindingkan ban mobil yang kempes. Mat
Bulbit tetap menunggui mobilnya sambil memperhatikan pemilik bengkel. Lelaki
tua terlihat sedang duduk di sebuah kursi panjang sambil mengelus-elus seekor
kucing yang ada di sampingnya. Mat Bulbit menghampiri lelaki tua itu dan
mengajaknya bicara, “Terima kasih pak sudah membantu saya memberi tahu bengkel
tambal ban. Saya tidak menyadari bahwa di seberang jalan sana ada bengkel
tambal ban,” ujar Mat Bulbit.
“Sama-sama
pak,” jawab lelaki tua singkat. “Bapak baru dari bank ya,” sambungnya.
“Tidak.
Saya dari rumah pak,” jawab Mat Bulbit. “Memangnya kenapa pak,” lanjut Mat
Bulbit menyelidik.
“Soalnya
kejadian seperti ini seringkali bukan kejadian biasa, tapi modus yang dilakukan
oleh orang-orang yang hendak melakukan pencurian,” jelas lelaki tua.
Belum
sempat Mat Bulbit menimpali pembicaraan lelaki tua, tiba-tiba dari seberang
jalan pemilik bengkel memanggilnya dengan melambai-lambaikan tangan.
“Kenapa
Lay, tanya Mat Bulbit,” dari seberang jalan. Si pemilik bengkel kembali
melambai-lambaikan tangan meminta Mat Bulbit menghampiri.
Mat
Bulbit menghampiri si pemilik bengkel yang sedang memeriksa ban, lalu
berjongkok. “Kenapa Lay,” tanya Mat Bulbit.
“Pak,
ban mobil bapak ada yang bikin kempes,” bisik pemilik bengkel sambil
memperlihatkan paku yang baru saja dicabutnya dari ban mobil.
“Pak,
ini paku bukan sembarang paku, tapi paku yang sengaja dibuat khusus dari besi
kerangka payung untuk menggembosi ban mobil,” lanjut pemilik bengkel
menjelaskan.
“Ooh,
begitu...” seru Mat Bulbit singkat.
“Tadi
ada tiga orang dengan dua sepeda motor sudah siap-siap melakukan aksi pencurian
terhadap mobil bapak,” tambah pemilik bengkel.
“Dimana
orangnya Lay?” tanya Mat Bulbit.
“Tadi
berdiri tidak jauh dari posisi bapak. Tapi sekarang sudah pergi,” jawab pemilik
bengkel.
Mat
Bulbit terkejut. Ia langsung berdiri dan bergegas kembali mendekati mobilnya.
Tak lama kemudian pemilik bengkel sudah menyelesaikan pekerjaannya dan
memasangkan ban mobil itu pada mobil Mat Bulbit. Setelah membayar dan
mengucapkan terima kasih pada pemilik bengkel, Mat Bulbit lalu melanjutkan
perjalanan ke kantornya. Tak lupa ia pun mengucapkan terima kasih kepada lelaki
tua yang telah membantu menunjukkan bengkel tambal ban.
Di
tengah perjalanan, Mat Bulbit me-review semua kejadian yang baru
dialaminya. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama, bulan
Ramadhan adalah bulan ibadah, bulan tempat umat Islam melakukan
kebaikan-kebaikan. Allah Swt. tidak rela bila ada orang melakukan kezaliman di
bulan tersebut. Maka Allah menggagalkan orang-orang yang hendak melakukan
pencurian.
Kedua,
setelah direnungkan ternyata tindakan pemilik bengkel yang berdiri
menggerak-gerakkan pinggangnya ke kiri dan ke kanan dan tidak langsung membawa
ban mobil ke bengkelnya, ternyata itu adalah sebuah upaya si pemilik bengkel
untuk mengulur-ulur waktu agar Mat Bulbit tidak meninggalkan mobilnya dan mengikuti
si pemilik bengkel. Karena kalau si pemilik bengkel langsung menyeberang dan
Mat Bulbit mengikutinya, maka bukan tidak mungkin ketiga orang pengendara
sepeda motor yang sudah siap beraksi dapat dengan leluasa melakukan tindakan
pencurian dengan cara memecah kaca mobil Mat Bulbit.
Ketiga,
jangan lupa berdoa setiap melakukan aktivitas. Karena setiap doa akan didengar
dan dikabulkan oleh Allah Swt. Dalam kasus ini, Allah Swt. mengabulkan doa safar
yang dilantunkan Mat Bulbit dan menyelamatkannya dari kejahatan orang-orang
yang hendak berbuat jahat. (Agustus 2012).
0 comments:
Posting Komentar