“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”
(QS Al-Hijr: 9).
Namanya Abdullah bin Muhamad
Jabr. Lahir di Kota Wadi Jadid Mesir 29 Syawal 1405 H (7 Juli 1985). Dia selesai
menghafal Al-Qur`an ketika berusia 7 tahun 2 bulan 3 hari, tepatnya pada
tanggal 10 September 1992.
Setelah itu, Abdullah
menghafal Hadits Asy-Syarif dimulai dengan menghafal Arbain Nawawi.
Selanjutnya pada 6 Juli 1994, ia menyelesaikan hafalan kitab Al-Lu`lu-u wal
Marjan yang direkomendasi oleh Syeikh Bukhari-Muslim. Abdullah terus
berpacu dengan waktu, ia pun berhasil menghafal Mukhtashar Shahih Bukhari
yang disusun oleh Az-Zabidi dan menghafal Mukhtashar Shahih Muslim yang
disusun oleh Munziri. Selanjutnya berturut-turut, Abdullah menghafal Matan
Bikuniyah dalam Ilmu Hadits; menghafal Manzuma Sullamul Wushul ila
‘Ilmil Ushul. Saat ini Abdullah sedang menghafal Matan Syatibiyah
dalam Qira`at Sab’ah dan telah selesai dua pertiganya. Abdullah mulai
belajar berkhutbah sejak usia delapan tahun di bawah asuhan Syeikh Mahmud
Gharib.
Abdullah
memperoleh beberapa penghargaan, di antaranya, penghargaan dari Lembaga Sastra di Mekkah
melalui Rektor Universitas Umul Qura, Syeikh Rosyid Ar-Roji. Abdullah juga
mendapat penghargaan dari Syeikh Ahmad Muro’i ketika berusia 9 tahun. Menjadi
juara pertama dalam musabaqah hadits di Mesir dan mendapat penghargaan dari
Kementrian Wakaf Mesir. Juga mendapat penghargaan dari presiden Mesir pada
bulan September 1995. Mendapat penghargaan dari Syeikh Al-Azhar Syeikh Jadul
Haq Ali Jadul Haq dan dibebaskan dari kelas 6 Ibtida’iyyah Al-Azhar. Mendapat
penghargaan dari Abdurrahman Faqih berupa sehelai kiswah Ka,bah. Mendapat
penghargaan dari Syeikh Abdullah Turki, Menteri Urusan Islam Saudi Arabia.
Abdullah tidak sendiri dan
bukan anak ajaib. Sebab, para ulama terdahulu banyak yang hafal Al-Qur`an di
usia muda. Dr. Yusuf al-Qaradhawi hafal Al-Qur`an belum genap usia sepuluh
tahun. Di Bangladesh, seorang anak telah hafal Al-Qur`an pada usia sembilan
tahun. Beberapa tahun lalu, seorang anak Iran berusia tujuh tahun yang
bernama Sayyid Muhammad Husain ath-Thababai mencengangkan semua orang dengan
hafalan Al-Qur`an disertai dengan pemahamannya yang mendalam. Yusuf
al-Qaradhawi pernah mengujinya, dan ternyata memang mengagumkan.
Sungguh beruntung Muhamad Jabr,
orangtua Abdullah. Beruntung pula para orangtua yang mendidik anak-anaknya
menjadi anak yang shaleh, menjadi penghafal Al-Qur`an (hafizhul Qur`an).
Para penghafal Al-Qur`an adalah “kaki-tangan”
Allah di bumi dalam menjaga Al-Qur`an dari orang-orang jahil, karena Allah
telah berjanji akan memelihara Al-Qur`an dengan kekuasan-Nya.
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”
(QS Al-Hijr: 9).
Allah Swt. telah menjamin
pemeliharaan Al-Qur`an dengan ungkapan yang sangat tegas. Penegasan itu tampak
dalam penggunaan jumlah ismiyah (kata benda), dalam kata inna, dan dengan huruf
lam dalam kata lahaafizhuun. Dan di antara perangkat untuk memeliharanya adalah
menyiapkan orang yang menghafalnya pada setiap generasi.
Muhammad Jabr dan para
orangtua lainnya yang menginginkan anak-anaknya menjadi “pegawai” Allah tentu
tidak sama dengan para orangtua yang mendambakan anak-anaknya menjadi bintang
AFI atau Bintang Cilik di televisi. Meski sama-sama bangga, tetapi kebanggaan
mereka pasti berbeda. Meski sama-sama menumpahkan tangis bahagia tetapi tangis
bahagia mereka tentu berbeda. Karena nawaitu mereka berbeda. Doa-doa yang
mereka panjatkan juga berbeda. Maka hasil akhir yang diterima para orangtua itu
pun berbeda-beda. Perbedaan itu ada pada nuansa ukhrawi dan duniawi.
Para orangtua yang menyerahkan
anak-anaknya untuk mengabdi kepada Rabb semesta alam telah mengambil langkah
tepat. Mereka telah menanam pohon yang bermanfaat bagi Islam, dakwah, dan umat
manusia. Mereka telah menginvestasikan hartanya pada perusahaan Allah. Kelak,
pasti Allah Swt. akan memberikan devidennya yang sangat besar. Yang besarnya
tak pernah mereka bayangkan.
Mereka telah memilihkan untuk
anak-anaknya orang-orang shaleh, lingkungan yang baik, serta menjauhkannya dari
teman-teman yang jahat. Kelak, setiap kebaikan yang keluar dari anak-anak
mereka yang shaleh dan bermanfaat bagi Islam, dakwah, dan umat manusia akan
menambah berat timbangan kebaikannya di yaumil hisab. Mereka akan
terheran-heran, surprise, dan bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat
timbangan kebaikannya jauh melebihi perkiraan dirinya?
“Sesungguhnya akan
didapati (di hari kiamat) seseorang yang diangkat derajatnya di surga,
sedangkan ia bertanya-tanya, ‘Mengapa saya bisa begini?’ Maka dikatakan
kepadanya, ‘Itu karena istighfar anakmu yang ia tujukan buatmu’” (HR Ahmad dan
Al-Albani).
Para
orangtua yang anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur`an akan mendapatkan tambahan
nikmat lantaran kemuliaan anak-anak mereka.
“Siapa
yang membaca Al-Qur`an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan
mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya
matahari. Dan Kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak
pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah
ini?’ ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari
Al-Qur`an’”
(HR Hakim).
Di dunia, Rasulullah Saw.
memberikan penghormatan kepada para penghafal Al-Qur`an. Ketika Nabi Saw.
mengutus sekelompok orang, beliau mengecek kemampuan membaca dan hafalan
Al-Qur`an mereka. Setiap laki-laki ditanya berapa banyak hafalan Al-Qur`an
mereka. Kemudian yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Saw., “Berapa banyak
Al-Qur`an yang telah engkau hafal?” Ia menjawab, “Aku telah hafal surat ini dan surat itu,
serta surat
Al-Baqarah.” Rasulullah Saw. kembali bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah?” Ia
menjawab, “Betul.” Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah dan engkau menjadi
ketua rombongan. Salah seorang dari mereka
berkata, “Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surat Al-Baqarah
semata-mata karena aku takut tidak dapat mengamalkan isinya.” Mendengar
komentar itu, Nabi Saw. bersabda,
“Pelajarilah Al-Qur`an
dan bacalah, sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur`an dan
membacanya seperti tempat air yang terbuka penuh dengan minyak wangi misik,
harumnya menyebar ke mana-mana. Dan siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur
dan di dalam hatinya terdapat hafala Al-Qur`an adalah seperti tempat air yang
tertutup dan berisi minyak wangi misik” (HR Tirmizi).
Ketika
meninggal dunia, Rasulullah Saw. juga mendahuluka orang yang menghafal
Al-Qur`an lebih banyak daripada yang lainnya, seperti yang terjadi ketika
beliau mengurus para syuhada Perang Uhud.
Di akhirat, Allah Swt.
memuliakan para penghafal Al-Qur`an. Ketika ash-habul yamin dimasukkan
ke dalam surga, kemudian Allah Swt. menempatkan mereka pada tempat yang sesuai
dengan amal kebaikan mereka di dunia, maka Allah Swt. memanggil dan
mengumpulkan para penghafal Al-Qur`an. Mereka diperintahkan agar
mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur`an yang telah mereka hafal di dunia.
Bersamaan dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur`an masing-masing mereka terangkat kedudukannya
di surga. Kedudukan mereka di surga akan terus meningkat sampai akhir ayat yang
mereka hafal. Semakin banyak hafalan Al-Qur`annya, semakin tinggi kedudukannya
di surga. Rasulullah Saw. bersabda,
“Dikatakanlah
kepada para penghafal Al-Qur`an, ‘Bacalah dan tinggikan suaramu.
Kumandangkanlah Al-Qur`an sebagaimana kamu dulu mengumandangkannya di dunia.
Sesungguhnya kedudukanmu di surga terletak pada akhir ayat yang kamu baca’” (HR Abu Dawud dan
Ahmad).
Dalam kitab Dailul Falihin
(III/494) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Shahibul Qur`an dalam
hadits tersebut adalah orang yang menghafal seluruh Al-Qur`an (30 juz) atau
sebagiannya dengan mengharap ridha Allah Swt.
Pada kesempatan Ramadhan yang
mulia ini, marilah kita mulai proyek menghafal Al-Qur`an. Mulailah dari yang
mudah, seperti juz ‘Amma. Jangan lihat tebalnya Al-Qur`an, akan tetapi
syukurilah setiap huruf dan ayat yang tersimpan dalam dada. Rasulullah Saw.
berjanji bahwa setiap huruf Al-Qur`an yang dibaca dan dihafal akan mendapatkan
sepuluh kebaikan. Sedangkan yang bacaan Al-Qur`annya masih terbata-bata akan
mendapatkan dua kebaikan. Dan di hari kiamat nanti, Al-Qur`an akan memberikan
syafa’at kepada para penghafalnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Penghafal
Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur`an akan berkata, ‘Wahai
Tuhanku, pakaikanlah pakaian untuknya.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota
kehormatan. Al-Qur`an kembali meminta, ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah.’ Lalu orang
itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian Al-Qur`an memohon lagi, ‘Wahai
Tuhanku, ridhailah dia.’ Allah Swt. pun meridhainya. Dan diperintahkan kepada
orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga).’ Allah Swt.
menambahkan dari setiap yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR Tirmizi).
Janganlah menjadi orang yang
ketika kembali kepada Allah, tidak ada satu ayat Al-Qur`an pun di dalam
dadanya. Orang yang seperti itu, kata Rasulullah Saw. seperti rumah kumuh yang
hampir roboh. Lemah dan tidak ada harganya. Loyo ketika yang lainnya ceria
menanti-nanti nikmat dari Sang Maha Pencipta.
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur`an
sedikit pun seperti rumah kumuh yang hampir runtuh” (HR Tirmizi dari Ibnu ‘Abbas). Wallahu a’lam
bishshawab.
0 comments:
Posting Komentar