Konvoi naik
sepeda motor bersama teman-teman ke suatu tempat yang menantang sangatlah
menyenangkan. Namun, wisata yang dilakukan Mat Bulbit dengan teman-temannya
bukanlah semata-mata untuk melepas penat setelah sepekan bekerja. Ahad pagi
itu, mereka akan mengadakan wisata ruhani, yaitu dzikrul maut, mengingat
mati. Tempat yang dituju adalah goa Lalay di Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Jalan menuju
ke Goa Lalay tidak begitu sulit. Bila menggunakan kendaraan roda empat, paling
enak lewat tol Jagorawi, keluar gerbang Gunung Putri, belok
kiri, lurus hingga menjumpai STO/SKSD Palapa di sebelah kiri jalan. Kurang
lebih satu kilometer dari situ, kita akan bertemu danau kecil di sebelah kanan
jalan. Belok kanan, lalu ikuti penunjuk arah menuju Goa Lalay.
Tapi, kali itu Mat Bulbit dan kawan-kawan konvoi
menggunakan kendaraan roda dua. Semuanya sepuluh orang menggunakan lima motor. Salah
seorang dari rombongan adalah ustadz yang akan memimpin acara dzikrul maut.
Rombongan berangkat dari kawasan Cililitan Jakarta
Timur menuju Bantar Gebang Bekasi. Dari Bantar Gebang rombongan langsung menuju
Cileungsi. Kira-kira jam dua siang, rombongan tiba di sebuah lapangan tempat
para pengunjung Goa Lalay memarkir kendaraannya. Beberapa kios penjual makanan
dan minuman berjajar di pinggir jalan dekat lapangan parkir. Mat Bulbit dan
rombongan langsung menemui petugas jaga untuk meminta izin masuk goa. Hujan
turun rintik-rintik. Petugas jaga menyarankan agar para pengunjung berhati-hati
selama berada di dalam goa.
Goa Lalay di
Ciluengsi merupakan campuran antara goa horizontal dan goa vertikal. Ciri khas dari
Goa Lalay adalah sungai kecil yang mengalir di dasar goa tersebut. Jadi
sebenarnya Goa Lalai adalah sungai di bawah tanah. Disebut goa lalay karena di
dalam goa tersebut banyak dijumpai kelelawar (Lalay dalam bahasa Sunda berarti
kelelawar). Pintu Goa Lalay dicapai dengan menuruni lembah sedalam kurang lebih
dua meter dari permukaan tanah.
Dasar sungai
sebagian besar berupa batuan kapur yang keras. Setiap pengunjung harus
mengenakan sepatu bila kakinya tak ingin terluka terkena batu kapur yang tajam.
Kedalaman sungai bervariasi ada yang hanya selutut orang dewasa, ada juga yang
cukup dalam di atas kepala orang dewasa. Lebar goa juga bervariasi, ada yang berupa
lorong sempit yang hanya muat satu orang, ada juga ruangan yang cukup luas
lengkap dengan stalagtit dan stalagmitnya.
Aliran
sungai di dalam Goa Lalay cukup panjang. Dari pintu masuk sampai ke ujung goa
diperlukan waktu kurang lebih satu jam. Di bagian tengah goa ke arah pintu
keluar terdapat danau yang cukup luas dan lebih dalam dibandingkan kedalaman
sungai.
Waktu
terbaik untuk ke Goa Lalay adalah pada musim kemarau, karena permukaan air
tidak terlalu tinggi. Saat musim hujan, ketinggian air sungai lebih dalam lagi,
dan pihak pengelola akan memberikan peringatan atau melarang pengunjung
memasuki goa karena berbahaya.
Meski hujan
mulai turun rintik-rintik, pengelola membolehkan Mat Bulbit dan teman-teman
memasuki goa. Semua peralatan sudah disiapkan. Mulai dari lampu senter yang
dibungkus kantung plastik, hingga tambang yang akan digunakan untuk membuat
rangkaian manusia ketika menyusuri sungai di dalam goa. Ini dilakukan supaya
setiap anggota tidak terpisah dari rombongan.
Satu demi
satu anggota rombongan menuruni lembah untuk mencapai dasar sungai di depan
mulut goa. Setelah semuanya berada di mulut goa, Mat Bulbit meminta kepada
ustadz yang mendampingi untuk membaca doa masuk goa. Sambil tersenyum sang
ustadz berkata, “Doa masuk goa itu yang bagaimana ya? Setahu saya tidak ada doa
khusus masuk goa.”
Tiba-tiba
salah seorang anggota rombongan yang bernama Satria berkata, “Ustadz, bagaimana
kalau saya yang mimpin doa masuk goa?”
Semua anggota
rombongan termasuk sang ustadz mempersilakan. Dengan penuh kekhusyuan Satria
mengangkat tangannya sambil membaca doa, “Allahumma jannibnasy syaithan wa
jannibisy syaithan maa razaqtana.”
Mendengar doa
itu sontak semua rombongan tertawa. Rupanya doa yang dibacakan Satria adalah
doa suami istri ketika hendak melakukan hubungan (jima).
masih suka kesana gak bro?