“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam” (QS Al-Anbiya`: 107).
Islam merupakan agama yang berkembang paling
cepat, sekaligus merupakan agama yang paling universal. Dari semenanjung Arab,
Asia, Afrika, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, dan bahkan Eropa Barat dan
Timur sekalipun, Islam menjadi fenomena yang sangat unik. Tidaklah berlebihan
jika dikatakan bahwa Islam telah menjadi agama terbesar dunia, jika Kristen dan
Katolik dipilah menjadi dua entity yang berbeda, dan sekaligus menjadi agama
terpopuler masa kini. Tragedi 11 September membuka peluang manis bagi warga
Amerika untuk mengenal agama ini lebih dekat. Kenyataannya, dilandasi oleh
motivasi yang berbeda-beda, masyarakat Amerika semakin mengenal Islam yang
sesungguhnya.
Islam, sebagaimana juga agama Kristen, diyakini
oleh pemeluknya sebagai agama yang harus disampaikan kepada seluruh umat
manusia. Pertautan antara semangat memperkenalkan Islam dan kebesaran Islam itu
sendiri menjadikan Islam berkembang dengan sangat cepat. Kenyataan ini telah
mambangun sebuah kesadaran kepada sesama umat beragama untuk saling mengenal,
serta menyokong kepada kebaikan bersama (common interests), yang
terealisasikan dalam bentuk kunjungan-kunjungan persahabatan, dialog
konstruktif, dan bahkan melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama. Di Amerika
Serikat, gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan bahkan institusi-insitusi
pemerintahan sekalipun, membuka diri bagi para Imam untuk memberikan
ceramah-ceramah tentang Islam. Sebaliknya, mesjid-mesjid juga semakin ramai
dikunjungi oleh para non Muslim.
Islamic Cultural Center of New York misalnya, menerima tidak kurang dari 15 kunjungan grup non Muslim
setiap bulannya. Dari kunjungan-kunjungan tersebut biasanya terbangun
kontak-kotak pribadi antara Imam dan anggota grup tadi, yang tidak jarang
berakhir dengan “Syahadah”. Di Islamic Cultural Center pula, untuk dua
bulan terakhir saja, ada 17 orang yang menyatakan menerima Islam sebagai
agamanya. Belum lagi pendekatan-pendekatan pribadi para orang Islam di tempat
kerja, sekolah, dan lain-lain. Sebagai catatan, hampir di semua universitas AS
sekarang ini telah berdiri MSA (Muslim Student Association). Semua ini
merupakan indikasi nyata akan perkembangan Islam yang sangat dahsyat di Negara
adi daya.
Sebuah Perbandingan
Barangkali menarik untuk kita bandingkan antara
fenomena dakwah Islam di dunia barat dan missionaris Kristen pada negara-negara
Muslim. Hampir semua yang masuk Islam di AS adalah karena sebuah kesadaran yang
sejati. Hampir 70% di antara mereka memeluk Islam karena didahului oleh
keragu-raguan terhadap agamanya sebelum menjadi Muslim. Alasan ini diakui oleh
Irene Handono, muallaf yang saat ini gencar menyadarkan umat Kristen
tentang kelemahan ajarannya.
Pada saat yang sama, propaganda-propaganda jahat
terhadap Islam justru menjadi motivasi bagi mereka untuk mencari tahu realita
Islam yang sesungguhnya. Dan pada akhirnya, didukung oleh semangat kejujuran
dan keterbukaan, mereka menerima Islam sebagai agama kebenaran. Kenyataannya,
tidak jarang setelah menjadi Muslim justru lebih kuat dan kokoh dalam beragama
ketimbang mereka yang ditakdirkan lahir sebagai Muslim.
Sebaliknya, missionaris Kristen datang ke
berbagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, seperti Indonesia, baik
secara kuantitas maupun kualitas, penerimaan terhadap ajaran mereka tidak sebanding
dengan penerimaan ajaran Islam di dunia non Muslim. Belum pernah kita dengar
misalnya di suatu kampung warga Muslim masuk ke dalam agama lain secara
berombongan, atau seorang Muslim secara terang-terangan menyatakan meninggalkan
agama Islam dan memeluk agama yang baru. Perbedaan yang paling penting adalah
bahwa boleh jadi seorang Muslim pindah agama, tapi tidak karena sebuah
kesadaran yang sejati, melainkan karena dorongan-dorongan lain, misalkan
materi. Maka tidak aneh misalnya, jika di negara tertentu terjadi suap menyuap
untuk menerima agama baru.
Seringkali juga kelompok agama tertentu atau
pemeluk agama tertentu melakukan pembohongan publik dalam menyebarkan agama.
Propaganda pembaptisan seorang tokoh Muslim baru-baru ini adalah satu contoh
ketidakjujuran yang dilakukan oleh kelompok tertentu dalam penyebaran agamanya.
Padahal kebohongan seperti ini tidak saja bertolak belakang dengan norma-norma
ajaran agama, tapi juga merupakan pengkhianatan terhadap kebenaran agama itu
sendiri.
Fenomena makin maraknya non Muslim yang masuk
Islam tidak hanya terjadi di AS. Sebuah kantor pusat informasi Islam yang
bernama The Office of Muslim Affairs memperkirakan sedikitnya 20 ribu
orang Filipina masuk ke Islam. Orang yang memeluk Islam, dalam Bahasa Tagalog,
mereka sebut sebagai ‘Balik Islam’. Mereka lebih suka disebut dengan istilah
ini dibanding ‘Riverts’ dalam Bahasa Inggris. Mereka tinggal di Luzon, ditengah
kehidupan tradisi Katolik yang kuat.
Catatan menunjukkan di antara 6.599.000 orang
Filipina yang beragama Islam, 200 ribu di antaranya adalah kaum Balik Islam.[1]
Sejak peristiwa September 11 yang menyerang
Amerika Serikat, jumlah mereka yang ingin mempelajari Islam lebih dalam makin
banyak. Bahkan menurut Shariff Solaiman Gonzales, pemimpin International
Worldwide Mission, Filipina, mereka sempat kehabisan buku karena jumlah
permintaan yang meningkat tajam.
Dalam sebuah artikel yang berjudul ‘The
Philippines Historical Overview’ [2], disebutkan lebih dari 60 juta penduduk Filipina saat ini, 5-7% di
antaranya Muslim. Muslim Filipina ini lebih memiliki kesamaan dengan negara
tetangganya Malaysia dan Indonesia dibanding saudaranya sendiri Kristen
Filipina. Kaum Kristen Filipina telah ‘dididik’ Spanyol lebih dari 400 tahun
lamanya untuk memerangi kaum Muslim di sana. Oleh karena itu, hingga sekarang
pun, Muslim Filipina tidak lebih diperlakukan layaknya mimpi buruk. Bahkan
menurut rekan kerja saya Hermie de Villa, seorang mekanik mobil asal Manila
yang Katolik, para orangtua sering menakut-nakuti anak-anaknya dengan gambaran
sadis perilaku kaum Muslimin Mindanao. Meskipun kenyataannya, Spanyol lah yang
harus menjadi ‘hantu’ bagi anak-anak Filipina.
Khadijah Potter, gadis Filipna lainnya, yang
memeluk Islam ketika di California (AS), mengaku tidak pernah berhubungan
dengan orang-orang Islam, kecuali sesudah memeluk Islam.[3] Praktek keagamaan Katolik di Filipina menurutnya tidak lebih dari
praktek perdukunan selama ini. Karena banyak orang-orang Kristen yang tidak
memahami ajaran mereka. Khadijah akan memberikan sumbangan informasi tentang
Islam dan Muslim Filipina lewat internet. Islamlah yang menurut dia telah
mengajarkan bahwa praktek perdukungan adalah haram.
Tidak hanya di Filipina, di Australia pun dalam
25 tahun terakhir ini komunitas Islam telah berlipat ganda. Menurut sensus
tahun 2001, terdapat sedikitnya 281.578 orang Islam, atau 40% kenaikannya dibanding
sensus 1996, atau 91% meningkat dalam dekade terakhir .[4] Diperkirakan saat ini umat Islam di Australia berjumlah 350-450
ribu.
Di Perancis, menurut Hadi Yamid, koresponden
Islam Online (IOL), dalam 50 tahun terakhir setidaknya terdapat 50 ribu warga Perancis
memeluk Islam. Mereka katakan Islam telah berhasil mengisi kevakuman kebutuhan
spirual mereka .[5]
Di Mexico, Islam juga mulai dikenal. Kota Mexico
yang berpenduduk terpadat di dunia dan didominasi Katolik ini, kini mulai
mengenal trend baru, refleksi dari kejadian yang serupa di Amerika Latin, yakni
ribuan orang Katolik memeluk Islam. Demikian menurut Centro Cultural Islamico
de Mexico yang membuka pintu untuk Islam 6 tahun yang lalu.[6]
Dalam sebuah artikel yang berjudul ‘Islam Lure
More Latinos’, karya Christ L. Jenkins, di Washington Post, edisi 7 Januari
2001, Islam disebut sebagai agama yang mulai menjalar dalam kehidupan
orang-orang Amerika Latin. Di Amerika Serikat, negara adidaya yang paling
berpengaruh di muka bumi ini, kenaikan jumlah penganut Islam lebih mengejutkan
lagi. Dalam artikel yang berjudul ‘The Fastest Growing Religion” karya Moon
Lion,[7] dari tahun 1990 hingga 2001, Islam tumbuh sangat mengesankan: 109%.[8] Bahkan hal ini diakui oleh Hillary Clinton (Istri Bill Clinton) di
Los Angeles Time, 31 Mei 1996. Pengakuan yang sama datang dari ABC News,
NEWSDAY, New York Times, USA Today, Encyclopedia Britannica, CBS News, Times
Magazine, CNN, dan masih banyak lagi.[9]
Demikianlah Islam sebagai agama universal
senantiasa mengedepankan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alaamiin).
Islam memanggil manusia untuk kembali kepada fitrahnya yang lurus.
Keuniversalan Islam ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya, “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
(QS Al-Anbiya`: 107).
Islam adalah agama Allah, agama wahyu. Islam
tidak boleh disederajatkan dengan suatu ideologi atau gagasan hasil pemikiran
manusia. Islam adalah agama fitrah yang menyempurnakan segala nilai positif
yang sudah ada sebelumnya pada manusia. Islam adalah agama universal dan sesuai
untuk semua bangsa. Sifat Islam sama dengan sifat-sifat kemanusiaan secara
umum. Islam juga sangat toleran terhadap kebudayaan, tradisi atau adat istiadat
yang baik dan mengedapankan nilai-nilai kemanusiaan. Kemurnian ajaran Islam
harus dipelihara dengan memahami Al-Qur`an dan As-Sunnah secara kaffah
(menyeluruh).
Di tengah hujatan terhadap
kaum Muslimin sebagai dalang teroris, Islam dianggap sebagai agama pedang,
bahwa jenggot dan jilbab sebagai simbol kekolotan, ternyata Islam membuktikan
sebagai agama yang paling populer dan banyak diminati manusia. Inilah bukti bahwa Islam adalah agama universal, Rahmat bagi seluruh
alam. Subhanallah. Wallahu a’lam bishshawab.
0 comments:
Posting Komentar