Evaluasi Ramadhan

23 Agu 2013

Fitrah adalah kertas putih bersih tanpa noda sedikit pun. Fitrah adalah air bening tanpa kotoran dan bau. Fitrah adalah hati yang suci bersih tanpa karat hasad, dengki, takabur, riya, dan berbagai penyakit hati lainnya. Fitrah adalah cahaya hati yang menerangi jalan kebenaran. Fitrah membimbing orang-orang beriman meniti jalan ketaqwaan. Fitrah adalah ketaatan kepada segala ketentuan Allah Swt., Rabbul ‘alamin. Fitrah adalah semangat untuk beribadah menghambakan diri kepada Sang Pencipta. Fitrah tak lain adalah Islam itu sendiri yang telah tertanam sejak manusia diciptakan.
Meski fitrah asalnya suci, akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan manusia berinteraksi dengan lingkungan yang kurang menumbuhsuburkan fitrah itu, ada kalanya fitrah terkena bercak noda dan dosa. “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka orangtuanyalah (lingkungannyalah) yang menyebabkan dirinya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (Al-Hadits).
Untuk itulah Allah Swt. menjadikan puasa Ramadhan bagi setiap Mukmin. Puasa Ramadhan berfungsi membersihkan karat noda dan dosa, yang disadari atau tidak, bersarang di dada orang-orang beriman. Puasa Ramadhan adalah rahmat, ampunan, dan garansi pembebasan dari siksa api neraka bagi Mukmin yang benar-benar melaksanakan kewajiban tersebut semata-mata karena iman dan hanya mengharap ridha Allah Swt.
Selama sebulan penuh kita dibiasakan menahan lapar, menahan hawa nafsu, menahan untuk tidak berdusta, bergosip, ghibah, fitnah, namimah, hasad, dengki, riya, dan menahan diri dari sifat-sifat tercela lainnya. Selama sebulan penuh kita dibiasakan menjaga perut kita dari makanan-makanan yang halal pada siang hari agar kita terbiasa menahan diri dari makanan-makanan yang haram. Selama sebulan penuh kita dibiasakan menjaga nafsu syahwat terhadap wanita yang dihalalkan bagi kita, yaitu istri, di siang hari, agar terbiasa menahan nafsu syahwat terhadap wanita yang diharamkan bagi kita. Selama sebulan penuh kita dibiasakan tilawah Al-Qur`an bahkan mampu mengkhatamkan minimal sekali, agar pikiran, hati, ucapan, dan sikap kita sesuai dengan pesan-pesan Al-Qur`an.
Selain itu, kita juga ditempa agar terbiasa shalat berjamaah di masjid. Pembiasaan ini amat penting bagi setiap Mukmin, karena hanya orang-orang berimanlah yang layak memakmurkan masjid-masjid Allah, sebagaimana firman-Nya, Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS At-Taubah: 18).
Disampung kewajiban berzakat, yang merupakan kewajiban setiap Mukmin, kita juga dilatih menjadi seorang dermawan yang murah hati, senang membantu dan meringankan beban orang lain. Latihan berinfaq dan bershadaqoh akan membentuk sikap peduli dan kasih sayang kepada sesama Muslim yang akhirnya bermuara pada terbentuknya ukhuwah Islamiyah.
Marilah kita mengevaluasi diri, apakah puasa Ramadhan yang telah kita lalui selama sebulan penuh berkorelasi positif terhadap peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Ada beberapa parameter yang dapat kita jadikan bahan evaluasi, yaitu puasa Ramadhan, shalat lima waktu berjamaah di masjid, shalat tarawih dan qiyamullail, zakat-infaq-shadaqoh, tilawah Al-Qur`an, dan tazkiyatu an-nafs.
Pertama, bagaimana dengan puasa kita? Sudahkah kita melaksanakan puasa dengan memperhatikan setiap rambu-rambunya, baik yang membatalkan puasa atau yang membatalkan pahala puasa? Puasa adalah inti dari peribadatan di bulan Ramadhan. Kalau puasa Ramadhan dilaksanakan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap ridha Allah Swt. semata, maka insya Allah, dosa-dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah Swt. Inilah janji Rasulullah Saw. kepada umatnya.
Mungkin kita sudah menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, akan tetapi sudahkah kita menjaga hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa? Sudahkah kita menahan diri dari berdusta dan segala perkataan kotor? Sudahkah kita menjauhi ghibah, gosip, hasad, dan dengki? Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya, “Berapa banyak orang berpuasa, akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan hausnya saja.”
Kedua, apakah selama sebulan penuh kita melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid? Shalat lima waktu adalah kewajiban harian setiap Mukmin yang pada bulan Ramadhan diharapkan meningkat kualitasnya. Shalat lima waktu menjadi parameter bagi baik atau buruknya ibadah-ibadah lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dalam hadits riwayat Abdillah bin Qathin, “Amal yang pertama kali dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Bila shalatnya baik, maka seluruh amalnya yang lain menjadi baik. Dan bila shalatnya rusak, maka rusak pulalah seluruh amalnya yang lain.”
Pembiasaan diri agar melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid dimaksudkan agar di antara kaum Mukminin terjalin ukhuwah Islamiyah yang mengokohkan barisan umat Islam. Dan Allah Swt. melebihkan pahala shalat berjamaah antara 25-27 kali dibandingkan shalat sendirian, sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “(Pahala) shalat berjamaah dibandingkan (pahala) shalat seorang diri adalah dua puluh lima kali lipat. Malaikat yang berjaga di malam dan siang hari berkumpul menyaksikan (mereka) yang melaksanakan shalat Shubuh (berjamaah)” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Dalam hadits lain disebutkan, “(Pahala) shalat berjamaah dibandingkan dengan (pahala) shalat seorang diri adalah dua puluh tujuh kali lipat” (HR Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar bin Khaththab).
Bahkan, bukan sekedar pembiasaan shalat berjamaah saja, akan tetapi pembiasaan shalat berjamaah itu dilaksanakan di masjid, tidak di rumah-rumah. Karena Allah Swt. menginginkan agar orang-orang beriman memakmurkan masjid-masjid Allah.
Dengan pembiasaan tersebut,  apalagi dikerjakan di awal waktu, maka diharapkan di bulan-bulan lainnya umat Islam terbiasa dengan melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah di awal waktu dengan memenuhi masjid-masjid Allah yang ada lingkungan masyarakat, di area perindustrian, atau di perkantoran. Shalat berjamaah di awal waktu akan membentuk sikap disiplin, agar umat Islam menghargai waktu dan tidak melewati waktunya terbuang percuma.
Ketiga, apakah kita telah melaksanakan shalat tarawih atau qiyamullail secara penuh dan baik? Inti dari pembiasaan shalat sunnah tarawih adalah agar kita membiasakan diri untuk menghidupkan malam (qiyamullail) di bulan-bulan lainnya dengan melaksanakan shalat tahajud dan tilawah Al-Qur`an. Menghidupkan malam adalah sunnah Rasul yang sangat dianjurkan. Bahkan beliau mewajibkan shalat tahajud bagi dirinya sendiri. Menghidupkan malam dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat tahajud dan tilawah Al-Qur`an memiliki berbagai keutamaan. Doa-doa kita pada malam-malam itu dikabulkan oleh Allah Swt.
Qiyamullail adalah tangga menuju kemuliaan jiwa yang menghidupkan ruh dan mensucikan hati. Ketika jiwa-jiwa manusia tengah terlelap tidur, maka jiwa-jiwa yang menghidupkan malam dengan beribadah berdialog dengan Rabb yang Maha Pencipta. Tak ada hijab antara mereka dengan Allah Swt.
Keempat, bagaimana dengan kewajiban zakat dan latihan infaq dan shadaqoh kita? Apakah kita sudah mengeluarkan zakat harta sesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan syara’? Ataukah kita mengeluarkan zakat sesuai dengan kerelaan bukan berdasarkan kewajiban? Mungkin saja ada seorang Muslim yang mengeluarkan zakat hartanya dengan jumlah yang lebih sedikit dari yang semestinya. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang mengorupsi sebagian zakat harta.
Dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqoh, selain kita diajarkan agar selalu mencari harta yang halal, kita juga diajarkan berempati sekaligus kepedulian kepada orang-orang yang tengah mengalami kesulitan harta. Apalagi Ramadhan tahun ini diawali dengan kenaikan harga BBM yang mendorong kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok. 
Keberhasilan madarasah Ramadhan dapat dilihat dari ada tidaknya peningkatan dalam iman dan taqwa dalam bentuk ketundukan dan ketaatan kepada hukum dan ketentuan Allah Swt. di bulan Syawal. Syawal artinya peningkatan. Maka, beruntunglah orang yang pada Syawal tahun 1426 H ini iman dan taqwanya lebih baik daripada Syawal tahun lalu. Dan celakalah orang yang pada Syawal tahun ini lebih buruk iman dan taqwanya dibandingkan Syawal tahun lalu. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi apalagi celaka. Wallahu a’lam bishshawab.

1 comments:

  1. Gina Mukti mengatakan...:

    ramadhan memang bulan paling mulia, sangat membantu infonya
    kunjungi jg blog saya di ramadhan
    terima kasih

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto