Ketika Celaan Menjadi Pekerjaan

3 Sep 2014


Kalau kita bertanya kepada para pengelola program televisi tentang acara yang paling digermari pemirsa, kemungkinan besar jawabannya adalah acara hiburan yang dikemas dalam bentuk lawakan atau banyolan, seperti OVJ, YKS, ILK, Pesbuker. Inti dari acara-acara semacam itu adalah lawakan yang seringkali isinya saling ejek dan saling hina. Di antara para personil acara tersebut sudah mafhum dan memaklumi bahwa ejekan atau hinaan yang mereka lontarkan hanya sekedar canda-tawa dan senda-gurau sematan untuk menghibur pemirsa. Karenanya mereka tidak boleh marah apabila dipanggil dengan nama hewan, wajahnya disamakan dengan setan, atau perilakunya diidentikkan dengan salah satu warga kebun binatang.
Dengan cara demikian para artis, selebritis, dan pelawak menghibur pemirsa televisi. Dan pada kenyataannya sebagian besar penonton televisi benar-benar terhibur dengan tayangan seperti itu. Tanpa sadar, kita mungkin telah menjadi salah seorang penggemarnya.
Fenomena di atas, sesungguhnya telah diprediksi oleh Ibnu Mas’ud ra., sahabat sekaligus pemegang rahasia Nabi Saw. Beliau berkata, “Akan datang pada akhir zaman suatu kaum yang pekerjaan utamanya adalah saling mencela, sementara mereka menyebutnya sebagai pekerjaan.” Ibnu Mas’ud ra. menyebut fenomena merebaknya acara lawakan di televisi yang mengandalkan saling caci, saling maki, dan saling hina sebagai salah satu tanda-tanda akhir zaman.
Bagaimana Islam memandang hal tersebut? Allah Swt. melarang manusia mencela, merendahkan, atau mengolok-olok sesama manusia, meskipun hal itu dilakukan hanya sekedar senda-gurau atau sandiwara belaka. Allah Swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujurat: 11).
Masih banyak cara untuk membuat orang lain tertawa. Bukan dengan cara saling cela atau saling hina. Apalagi yang menjadi obyek celaan atau hinaan adalah bagian tubuh manusia yang dianggap kurang sempurna. Kita khawatir, tawa dan canda kita, kelak akan menjadi beban yang dapat menjerumuskan ke dalam Neraka. Na’udzubillahi min dzaalik. Wallahu a’lam bish shawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto