Oleh Syamsu Hilal
Seorang pengembara adalah pengelana atau perantau yang selalu ingat kampung halaman
tempat dia berasal. Dia tidak pernah merasa atau mengakui tempat singgahnya
yang mewah sebagai terminal. Maka, ketika singgah di suatu tempat, hatinya tak
pernah merasa tenteram sehingga tak ingin berlama-lama di tempat itu.
Pikirannya selalu tertuju kepada kampung halaman tempat ia dilahirkan.
Itulah kondisi orang beriman dalam
menjalani kehidupan di dunia. Seorang Mukmin pikirannya selalu tertuju kepada
kampung akhirat, meski raganya masih ada di dunia. Hatinya selalu merindukan
Surga, meski kakinya menapak di atas tumpukan harta.
Ilustrasi tersebut diceritakan Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu kepada kita. Suatu hari Rasulullah Saw. pernah
memegang bahunya sambil bersabda, “Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang
asing atau pengembara. Bila
datang waktu sore, jangan menanti waktu pagi. Bila tiba waktu pagi jangan
menunggu waktu sore. Gunakan waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, dan masa
hidupmu untuk matimu”
(HR Bukhari).
Meski secara khusus, nasehat ini disampaikan Rasulullah Saw.
kepada Ibnu Umar, tetapi secara umum, nasehat ini disampaikan agar kita
memanfaatkan waktu, kesehatan, dan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Amal baik
tak boleh ditunda, supaya tidak diisi oleh akativitas tuna nilai atau perbuatan
maksiat yang dapat mendatangkan malapetaka. Kondisi tubuh yang sehat harus
dioptimalkan untuk menghadirkan kebaikan demi kebaikan yang tidak dapat
dilakukan ketika kondisi tubuh sedang sakit. Dan kehidupan harus diisi dengan
kegiatan yang dapat mendatangkan bongkahan-bongkahan pahala, yang mustahil
dilakukan oleh jasad yang telah kehilangan nyawa.
Seorang pengembara punya misi
mengumpulkan kunci-kunci untuk membuka pintu-pintu Surga tempat berkumpulnya
berbagai macam kenikmatan yang tak pernah terbayang, terbesit, dan terasa oleh
panca indera. Sedangkan mereka yang menganggap dunia sebagai terminal lupa
mengumpulkan bekal. Mereka terpukau dengan kenikmatan sesaat yang sesungguhnya
itu hanyalah fatamorgana. Kelak mereka akan menyesal karena telah memendam
anugerah waktu, kesehatan, dan kehidupan hanya untuk dunia. Wallahu a’lam
bish shawab.
0 comments:
Posting Komentar