Oleh:
Syamsu Hilal
“Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan” (QS Ash-Shaff: 2-3).
Ayat di
atas sedang membicarakan orang yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka
kerjakan. Mungkin di antara mereka ada yang mengatakan A, tapi sesungguhnya dia
tidak melakukannya sama sekali. Mereka berdusta, hanya karena ingin mendapatkan
pujian dari orang lain. Atau mereka mengatakan A, tapi sesungguhnya yang ia
kerjakan adalah B, sesuatu yang
bertentangan dengan A. Mengapa Allah Swt. murka kepada orang seperti itu?
Pertama, karena
Allah sangat membenci orang-orang munafik. Rasulullah Saw. bersabda, “Tanda-tanda orang munafik
ada tiga. Jika berjanji, mengingkari, jika berkata, dusta, dan jika dipercaya,
khianat.”
Senada dengan ayat di
atas, Allah Swt. menjelaskan tentang perilaku orang-orang munafik yang
membahayakan umat Islam. Lakon ini pernah diperankan oleh Abdullah bin Ubay bin
Salul pada masa Rasulullah Saw. Di hadapan Rasulullah Saw. dan di tengah-tengah
kaum Muslimin, Abdullah bin Ubay menampakan sikap dan sifat keislamannya. Dia
shalat bersama Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Akan tetapi, ketika ia
kembali ke Mekkah dan bertemu dengan para pembesar musyrikin Quraisy, Abdullah
bin Ubay memfitnah, menghasut, dan menjelek-jelekkan kaum Muslim seraya
menampakkan kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslimin.
“Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ’Kami telah beriman.’ Dan
bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan,
’Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’“ (QS Al-Baqarah: 14).
Kedua, karena Allah Swt. sangat membenci orang yang hanya
berkata saja tanpa mau melakukan apa yang ia katakan. Termasuk ke dalam
kategori ini, mungkin, orang yang lebih banyak bicara ketimbang berbuat. Oleh
karena itu, seorang juru dakwah, khatib, penceramah, atau muballigh
adalah orang-orang yang seharusnya telah melaksanakan apa-apa yang mereka
sampaikan kepada audiens atau masyarakat.
Kaum Muslimin generasi pertama lebih banyak menyebarkan
Islam dengan perilaku dan bukti nyata daripada bicara hanya untuk pencitraan
semata. Mereka memberikan keteladanan dengan akhlak terpuji, bukan dengan
berita yang berisi kumpulan janji. Dan kasih sayang mereka kepada sesama umat
manusia adalah fakta, bukan sekedar cerita.
Semoga para pemimpin dan tokoh masyarakat di Indonesia
dapat meneladani sikap dan perilaku Rasulullah Saw., para sahabat, dan
orang-orang saleh yang mendapat hidayah dari Allah Swt. Wallahu a’lam bish
shawab.
0 comments:
Posting Komentar