Melatih Keimanan

30 Agu 2017

Oleh Syamsu Hilal

Suatu ketika Abu Bakar menemui Hanzalah dan menyapanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Hanzahalah menjawab, “Hanzhalah telah munafik.” Abu Bakar terkejut, “Subhanallah! Apa yang kamu ucapkan?” Hanzhalah menjawab, “Ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw., beliau mengingatkan kepada kami mengenai neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah kami benar-benar bisa melihatnya secara langsung dengan mata kepala kami saat itu. Namun, ketika kami sudah meninggalkan majelis Rasulullah Saw., kami pun sibuk bersenang-senang dengan istri-istri dan anak-anak, serta sibuk dengan pekerjaan kami sehingga kami banyak lupa.” Abu Bakar berkata, “Demi Allah, aku pun menjumpai perkara yang serupa.”
Maka Hanzhalah bersama Abu Bakar beranjak menemui Rasulullah Saw. Di hadapan Nabi Saw., Hanzhalah berkata, “Hanzhalah telah munafik, wahai Rasulullah.” Rasulullah Saw. bertanya, “Apa yang kamu maksudkan?” Hanzhalah mengatakan sebagaimana yang ia ungkapkan kepada Abu Bakar. Mendengar uraian Hanzhalah, Rasulullah Saw. berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian selalu berada dalam kondisi sebagaimana ketika berada di sisiku dan terus-menerus sibuk dengan dzikir niscaya para Malaikat akan menyalami kalian di atas tempat pembaringan dan di jalan-jalan kalian. Namun, wahai Hanzhalah “saa’atan wa saa’atan (setahap demi setahap).” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali (HR Muslim).
Mukmin yang sedang berusaha taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), umumnya merasakan apa yang dirasakan oleh Hanzhalah. Kondisi iman yang naik-turun adalah sunnatullah, sebagaimana juga pernah diingatkan oleh Rasulullah Saw. Iman naik ketika berada di lingkungan orang-orang saleh. Sebaliknya, iman turun ketika berada di lingkungan ahlul maksiat. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw. mengajarkan agar kita menumbuhkan iman secara bertahap (saa’atan wa saa’atan). Salah satunya dengan cara berkumpul bersama orang-orang saleh.
Allah Swt. memerintahkan agar orang-orang beriman untuk meningkatkan keimanannya, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” (QS An-Nisa’ [4]: 136).
Bila puncak kesuksesan harus dicapai dengan kerja keras secara bertahap dan terus menerus, maka puncak keimanan (taqwa) harus diraih melalui latihan keimanan setahap demi setahap dengan cara meningkatkan ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Setiap kali berhasil menjalankan suatu ketaatan atas sebuah perintah atau larangan Allah dan Rasul-Nya, kita harus mempertahankannya sambil berusaha menambah pelaksanaan ketaatan lainnya. Demikian seterusnya hingga kita mencapai derajat taqwa. Wallahu a’lam bish shawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto