Etika Canda

6 Des 2012

Canda selalu memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, canda dapat menyenangkan teman dan menunjukkan keakraban. Said bin Al-'Ash berkata kepada anaknya, "Kurang bercanda dapat membuat orang yang ramah berpaling darimu. Sahabat-sahabat pun akan menjauhimu." Selain itu, canda dapat menghilangkan rasa takut, marah, dan sedih.
Namun canda juga bisa berdampak negatif, yaitu apabila canda dilakukan melampaui batas dan keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Canda yang berlebihan juga dapat mematikan hati, mengurangi wibawa, dan dapat menimbulkan rasa dengki.Dalam sebuah ayat, Allah Swt. berfirman,
"Dan sesungguhnya Dia-lah yang membuat orang tertawa dan menangis" (QS An-Najm: 43).
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany menjelaskan ayat di atas bahwa Allah Swt. telah menciptakan dalam diri manusia tertawa dan menangis. Karena itu silakanlah anda tertawa dan menangis, namun tawa dan tangis kita harus sesuai dengan aturan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Menurut Ibnu 'Abbas, berdasarkan ayat ini, canda dengan sesuatu yang baik adalah mubah (boleh). Rasulullah Saw. pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah Saw. tidak pernah berkata kecuali yang benar.
Dalam sebuah riwayat, At-Tirmidzi menceritakan bahwa Hasan Ra. berkata, “Seorang nenek mendatangi Rasulullah  Saw.  dan berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah pada Allah agar memasukkan aku ke surga.”
Rasulullah Saw. menjawab, “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga”. Maka perempuan tua itu pun berpaling dan menangis.
Lalu Rasulullah Saw. bersabda, “Beri tahu dia bahwa dia tidak akan masuk ke surga dalam keadaan tua.” Karena Allah berfirman,”Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan” (al-Waaqi’ah: 35-36).
Sebagian orang mungkin merasa aneh dengan pernyataan Ibnu ‘Abbas Ra. tersebut dan mencoba mengingkarinya, seperti yang pernah terjadi pada seseorang yang mendatangi Sufyan bin 'Uyainah Rahimahullah. Orang itu berkata kepada Sufyan, "Canda adalah suatu keaiban (sesuatu yang harus diingkari).
Mendengar pernyataan itu Sufyan berkata, "Tidak demikian, justru canda sunnah hukumnya bagi orang yang membaguskan candanya dan menempatkan canda sesuai dengan situasi dan kondisi.
Masalahnya adalah banyak dari umat Islam yang tidak memahami etika canda. Mereka dengan bebasnya menceritakan apa saja yang menurut mereka lucu. Padahal mungkin isinya hanyalah pepesan kosong yang tidak mendatangkan manfaat, atau bahkan dapat menimbulkan dosa dan maksiat.
Di antara mereka ada yang rajin mengirim cerita-cerita canda melalui BBM, sementara isi ceritanya tidak membawa hikmah atau pelajaran yang bermanfaat. Bahkan ada orang yang rajin mengirim cerita-cerita berbau porno dan jorok, yang bagi sebagian orang mungkin merupakan aib atau sesuatu hal yang memalukan. Semoga kita dapat menghiasi canda kita sesuai yang diajarkan Baginda Rasulullah Saw. Wallahu a’lam bish shawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto