Menyambut Ramadhan 1434 H

17 Jun 2013

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah: 183).
Tidak pantas bagi seorang Muslim menyia-nyiakan bulan Ramadhan, bulan ketaatan, bulan ibadah, bulan penuh rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, yang khusus diberikan Allah Swt. kepada orang-orang beriman. Bahkan seharusnya kita berlomba-lomba dan bersaing dalam merebut kebaikan dan keutamaan sebanyak-banyaknya di dalam bulan yang penuh berkah ini.
“... Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS Al-Muthaffifin: 26).
Ramadhan – meminjam istilah Abu Anas Husein bin Ali – adalah musim ketaatan. Karena pada bulan ini, seluruh kaum Muslimin di seluruh dunia serentak melakukan ibadah yang sama, pada waktu yang sama, dan niat yang sama. Semangat dan kemauan yang kuat terpatri dalam pribadi generasi salafushshalih dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan. Maka, sepantasnya kita meneladani mereka dalam menyambut Ramadhan 1425 H kali ini. Ada beberapa hal yang harus kita persiapkan dalam menyambut bulan yang penuh maghfirah ini.
1.     Senang dan Gembira.  Rasulullah Saw. senantiasa menggembirakan keluarga dan para shahabatnya ketika menjelang Ramadhan. Beliau menceritakan tentang keutamaan-keutamaan Ramadhan yang membuat para shahabatnya rindu dan tergiur untuk segera memasukinya. Beliau menjelaskan bahwa setiap pahala puasa di bulan Ramadhan dibalas dengan pahala yang tidak ada batasnya, sesuai kehendak Allah Swt. karena Allah Swt. menegaskan, “Puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.”
Kabar gembira tentang Ramadhan diucapkan dari mulut ke mulut, hingga masyarakat pada masa Rasulullah Saw. terkondisikan dengan suasana Ramadhan yang akan dimasukinya. Aroma Ramadhan sudah tercium sepekan atau dua pekan menjelang Ramadhan. Sunnah hasanah (kebiasaan baik) ini perlu kita ikuti, apalagi pada saat-saat kehidupan sekarang ini didominasi dengan warna materialistik. Unsur jasadiyah lebih kuat daripada ruhiyah. Sifat fujur lebih kental ketimbang unsur taqwa.
Kita perlu membangunkan diri, keluarga, dan masyarakat kita untuk menyambut kedatangan Ramadhan 1425 H dengan penuh suka cita. Buatlah acara-acara yang menghadirkan suasana Ramadhan di lingkungan anda. Misalkan lomba tilawatil Qur`an, tahfizhul Qur`an, Nasyid, dan lain-lain. Buatlah acara pembekalan tentang pelaksanaan amaliyat Ramadhan, fiqih shiyam, kesehatan dan kebugaran di bulan Ramadhan, keutamaan infaq dan shadaqah di bulan Ramadhan, zakat, keutamaan i’tikaf dan lailatul qadr, dan lain-lain.
2.     Berdoa. Berdoa agar kita dipertemukan dengan Ramadhan dalam keadaan sehat wal ‘afiat, sehingga dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah Ramadhan dengan baik. Rasulullah Saw. setiap memasuki bulan Rajab selalu berdoa, “Allahumma bariklana fii rajabin wa sya’banin waballighna Ramadhan” (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan). Keinginan yang besar untuk bertemu dengan bulan Ramadhan harus senantiasa kita kumandangkan dalam doa kita pada setiap kesempatan.
3.     Mempelajari dan mendalami fiqih Shiyam dan keutamaan-keutamaan Ramadhan. Salah satu bekal yang harus dipersiapkan untuk memasuki Ramadhan adalah mempelajari hukum-hukum sekitar Ramadhan.
Ibnu Abdil Bar berkata, “Para ulama sepakat bahwa ilmu ada yang fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah. Akan tetapi mereka sedikit berbeda pendapat pada kesimpulannya. Yang jelas, segala sesuatu yang mutlak harus diketahui setiap Muslim dimana ia berdosa bila tidak mengetahuinya, maka hal itu adalah fardhu ‘ain. Sesungguhnya puasa Ramadhan adalah fardhu ‘ain, maka harus diketahui segala sesuatu yang merusak puasa dan segala sesuatu yang  dapat merusak kesempuranaan puasa” (Jaami’ Bayaanil Ilmi wa Fadhilihi, hal. 10-11).
Dalam kaidah fiqih disebutkan, “Bila sebuah kewajiban tidak dapat dikerjakan atau disempurnakan tanpa adanya sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib.” Dengan kaidah ini wudhu hukumnya wajib, karena shalat tidak sah tanpa wudhu. Begitu pula dengan puasa, bila kita tidak tahu hukum-hukum, syarat-syarat, yang membatalkan puasa, yang membatalkan pahala puasa, dan lain-lain, maka kita tidak dapat menjalankan puasa dengan baik. Kita khawatir puasa kita akan sia-sia.
4.     Membuat perencanaan optimalisasi Ramadhan. Kita tak ingin hari demi hari, saat demi saat di bulan Ramadhan berlalu tanpa ada pahala atas kebaikan yang kita lakukan. Kita pun berharap Ramadhan kali ini lebih baik daripada Ramadhan tahun lalu. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya membuat perencanaan amal dan menetapkan target yang harus dicapai pada Ramadhan kali ini.
a.      Memperbanyak ibadah. Setiap kita harus memiliki daftar amaliyat Ramadhan. Misalkan, puasa, shalat Tarawih, shalat-shalat sunnah lainnya, qiyamullail, shalat berjamaah di masjid, tilawatil Qur`an, infaq dan shadaqah, zakat, dan i’tikaf. Bila perlu kita membuat sebuahnya dalam sebuah lembaran muhasabah, agar setiap waktu kita dapat mengontrolnya.
b.     Menghindari sifat-sifat yang dapat merusak ibadah puasa. Kita pun bertekad untuk mengurangi bahkan menghapus sifat-sifat buruk yang dapat merusak puasa dan pahala puasa, seperti berdusta, ghibah, fitnah, adu domba, korupsi, dan meninggalkan aktifitas yang tidak bermanfaat. Dalam sebuah hadits, disebutkan, “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang sia-sia, maka Allah Swt. tidak butuh dengan aktifitas meninggalkan makan dan minumnya (puasa)” (HR Bukhari dan Ahmad dari Abu Hurairah).
c.      Memperbanyak tilawah Al-Qur`an. Rasulullah Saw. menganjurkan kepada kita sedapat mungkin mengkhatamkan Al-Qur`an setiap tiga hari sekali. Atau bila tidak mampu sebulan sekali. Bila kita bertekad mengkhatamkan Al-Qur`an dalam waktu tiga hari, berarti dalam sehari kita harus membaca sebanyak 10 juz atau 200 halaman. Bila sehari kita bagi menjadi lima waktu sesuai waktu shalat, maka setiap selesai shalat kita harus membaca Al-Qur`an sedikitnya 40 halaman (2 juz). Bagi yang terbiasa membaca Al-Qur`an tentu target ini tidak sulit untuk dicapai.
d.     Mengurangi tidur. Meski Rasulullah Saw. mengatakan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, bukan berarti selama bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak tidur. Logika yang harus kita bangun adalah, bila tidurnya orang berpuasa disamakan dengan ibadah, maka ibadahnya orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat ganda. Dalam banyak hadits, Rasulullah Saw. menganjurkan agar kita menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan untuk beribadah (qiyamur ramadhan). Dalam sirah disebutkan bahwa peperangan di zaman Rasulullah Saw. banyak yang terjadi di bulan Ramadhan. Tidur hanyalah upaya untuk mencegah perbuatan yang merusak puasa dan pahala puasa.
e.      Memperbanyak infaq dan shadaqah. Meski infaq dan shadaqah adalah amalan yang tidak dibatasi waktu dan keadaan, akan tetapi di bulan Ramadhan pahala infaq dan shadaqah dilipatgandakan oleh Allah Swt.
Allah Swt. berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah: 261).
Ayat ini bersifat dan berlaku umum. Artinya, siapa saja dan kapan saja yang meninfaqkan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, maka ia akan memperoleh pahala sampai dengan 700 kali lifat. Bagaimana bila infaq fii sabiilillah itu dilakukan di bulan Ramadhan dimana setiap amalan sunnah dibalas setara dengan pahala amalan wajib?
Apalagi saat ini, saudara-saudara kita di Palestina, di Afghanistan, di Irak, dan di berbagai belahan bumi lainnya tengah berjibaku berjihad menegakkan keadilan dan menghancurkan kezaliman. Mereka tidak sepadan dengan musuh-musuh mereka yang didukung oleh negara-negara besar dan terorganisasi dengan baik.
5.     Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap semua aktifitas (amaliyat) Ramadhan yang kita lakukan. Ada baiknya setiap kita membuat daftar (check list) amaliyat Ramadhan, seperti anak-anak kita yang diberikan daftar aktifitas Ramadhan oleh gurunya untuk diisi. Kalau Ramadhan-Ramadhan sebelumnya kita belum membuat check list Ramadhan, maka inilah kesempatan baik untuk memulainya. Karena dengan adanya check list ini kita akan tahu perkembangan ibadah Ramadhan kita dari tahun ke tahun. Apakah semakin meningkat atau malah makin menurun. Tentu saja check list ini bukan untuk diperlihatkan kepada orang lain. Cukup Allah dan kitalah yang tahu.
Contoh Daftar (check list) amaliyat Ramadhan.
Tanggal (Ramadhan)
Shaum (ya, tdk)
Shalat Berjamaah di Masjid (kali)
Shalat Tarawih (ya, tdk)
Baca Al-Qur`an (brp hal)
Infaq dan Shadaqah (ya, tdk)
Ghibah (ya, tdk)
Berdusta (ya, tdk)
Dengki (ya, tdk)
1








2








...








Daftar amalaiyat Ramadhan dapat ditambahkan sesuai keperluan.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto