Agar Selalu Dijaga Allah

19 Mar 2013


“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Yunus: 107).
Ayat ini merupakan klimaks dari rangkaian ayat-ayat sebelumnya, yaitu QS Yunus: 104-106 yang membicarakan tentang Kemahakuasaan Allah. Rasulullah Saw. diperintahkan untuk menyampaikan risalah ini kepada umat manusia, khususnya kepada kaum musyrikin Mekkah yang pada waktu itu masih menyembah berhala dan patung. Mereka masih ragu dengan Kemahakuasaan Allah. Mereka masih menganggap bahwa baik dan buruk, manfaat dan madharat yang menimpa mereka bukan ditentukan oleh Allah. Meskipun pada dasarnya mereka percaya bahwa Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur`an,
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, niscaya mereka menjawab, ‘Allah’. Katakanlah, ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku’. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri’” (QS Az-Zumar: 38)
Di zaman sekarang pun, orang-orang yang seperti digambarkan di atas masih ada. Mereka percaya bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta, termasuk yang menciptakan diri mereka sendiri. Akan tetapi, mereka pun masih mempercayai tuhan-tuhan lain – apakah itu benda mati atau benda hidup – sebagai kekuatan yang setara dengan kekuatan Allah Swt. Mereka mendatangi dukun, paranormal, kuburan, dan tempat-tempat tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib untuk mendatangkan manfaat kepada dirinya atau mendatangkan madharat kepada orang lain yang dibencinya.
Mereka masih ragu bahwa Allah-lah sebagai satu-satunya Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak dan tidak terbatas. Padahal di “Tangan” Allah-lah nasib seluruh manusia. Baik dan buruk, manfaat dan madharat ada dalam “Genggaman”-Nya.
Manusia selalu ingin agar nasib baik selalu berpihak kepadanya. Kesuksesan selalu menyertai dalam setiap langkahnya. Kemudahan senantiasa mewarnai setiap aktifitasnya. Sebaliknya, tak satu pun manusia yang mengharapkan keburukan (madharat) menimpa dirinya. Bagi Mukmin yang murni imannya, yang selalu didamba dan dirindukan adalah penjagaan Allah. Karena, bila Allah selalu menjaganya, pasti setiap gerak langkah hidupnya senantiasa dalam lindungan Allah Swt.
Ketika menjelaskan tentang Penjagaan Allah, Abu Abbas Abdillah bin Abbas Ra. berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda, ‘Nak, Aku hendak mengajarimu beberapa kata; jagalah Allah, maka Ia akan menjagamu; jagalah Allah niscaya engkau dapatkan Ia mengokohkanmu; bila engkau meminta, mintalah kepada Allah; bila engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat ini berkumpul untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan jika seluruh umat ini berkumpul untuk memudharatkanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa memudharatkanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah terhadapmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran catatan telah ditutup’” (HR Thirmidzi dan Imam Ahmad).
Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. bersabda, “Jagalah Allah, niscaya kaudapatkan Dia selalu berada di hadapanmu. Kenalilah Allah kala senang, maka Dia akan mengenalimu di saat kau susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang akan menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesulitan, dan bersama kesukaran ada kemudahan” (HR Imam Bukhari).
Hadits ini melengkapi ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits lainnya yang mengajarkan tentang tauhidullah (Pengesaan Allah), baik secara Uluhiyah (Allah sebagai Ilah), Rububiyah (Allah sebagai Rabb), dan Mulkiyah (Allah sebagai Raja). Nasehat yang penuh makna itu disampaikan Rasulullah Saw. kepada Ibnu Abbas yang pada waktu itu baru berusia sekitar 10 tahun. Rasulullah Saw. tahu betul bahwa Ibnu Abbas anak yang cerdas, sehingga beliau sangat menginginkan kelak Ibnu Abbas menjadi seorang ‘alim yang berperan dalam meluruskan aqidah umat.
Dalam pemahamannya yang lebih luas, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah Saw. mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk menanamkan aqidah yang lurus dan benar kepada kaum Muslimin, khususnya para pemuda Islam. Keinginan itu terpancar dijelaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS At-Taubah: 128).
Nasehat Rasulullah Saw. kepada Ibnu Abbas adalah nasehat kepada kita juga, umat Islam pada umumnya. Sedikitnya ada dua nasehat yang disampaikan Rasulullah Saw. kepada Ibnu Abbas Ra. Pertama, menjaga Allah. Yang dimaksud dengan menjaga Allah dalam hadits ini tentu saja bukan menjaga sesuatu lantaran sesuatu itu lemah tak berdaya sehingga perlu mendapat penjagaan dari orang lain. Yang diperintahkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas Ra. dan kepada kita semua adalah menjaga hukum-hukum Allah Swt. dengan cara mempelajarinya, memahaminya, melaksanakannya, dan mendakwahkannya kepada orang lain.
Menjaga Allah berarti melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan cara ini, Allah Swt. akan menjaga diri, keluarga, agama, dan urusan dunia kita. Karena semua hukum dan ketentuan Allah diturunkan untuk menjaga keharmonisan hidup manusia dan seluruh makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini.
Menjaga Allah berarti melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan muncul ketenangan, kedamaian, dan ketenteraman hidup. Seseorang tidak khawatir mendapat perlakuan zalim dari orang lain, lantaran keadilan ditegakkan dan hukum dijunjung tinggi.
Menjaga Allah berarti menyayangi sesama. Memberikan zakat, infaq, dan sedekah untuk menanggulangi kemiskinan, memberikan pendidikan dan penghidupan yang layak bagi fakir miskin dan anak-anak yatim, memberdayakan ekonomi umat, dan membiayai jihad fii sabilillah.
Menjaga Allah berarti meninggalkan dan memerangi judi, narkoba, dan zina. Menolak segala bentuk kezaliman. Menolak dan memerangi korupsi. Mengubah setiap kemunkaran yang terlihat di sekeiling kita dengan tangan, lidah, dan hati.
Kalau kita telah menjaga hukum-hukum Allah, maka perhatikanlah bagaimana Allah Swt. menjaga kita, menjaga aqidah kita dari kemusyrikan, menjaga kita dari kesesatan dan penyimpangan. Menjaga kita dari kejahatan syetan jin dan manusia. Jaminan Allah itu ditegaskan di dalam Al-Qur`an,
 “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…” (QS Ar-Ra’d: 11).
Sedangkan jaminan penjagaan Allah kepada keluarga, lantaran kita menjaga hukum dan ketentuan Allah tertera di dalam Al-Qur`an,
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS Al-Kahfi: 82).
Kedua, memohon dan meminta apa pun hanya kepada Allah Swt. saja. Nasehat ini merupakan penegasan dari apa yang telah kita (umat Islam) ucapkan dalam shalatnya. Iyyaaka na’budi wa iyyaaka nasta’in. Allah-lah yang menurunkan rezki dari langit dan bumi, yang memberikan pertolongan, yang memberikan kemudahan, yang memberikan semua karunia kepada manusia dan seluruh makhluk yang ada jagat raya ini. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali meminta dan menyandarkan bantuan kepada selain Allah. Janganlah berdoa dan mengucapkan rasa syukur kepada selain Allah. Dan janganlah ruku dan sujud, kecuali hanya kepada Allah semata. Allah Swt. berfirman,
 “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS Al-Mukmin: 60).
Bila Allah Swt. memberikan penjagaan kepada seseorang dan selalu berpihak kepadanya, maka kekuatan apa lagi yang dapat menandingi Kekuatan Allah. Mukmin yang merasa selalu dijaga oleh Allah Swt. akan berjalan di muka bumi dengan penuh kemenangan. Kesulitan adalah pintu kemudahan. Kesedihan pintu kebahagiaan. Kegagalan pintu kesuksesan. Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto