Tuntutlah Ilmu Meski ke Negeri Cina

22 Mar 2013

“Tuntutlah ilmu meski harus ke negeri Cina.” Kebanyakan ulama menilai hadits ini lemah (dha’if) atau palsu (maudhu’). Namun demikian, seandainya hadits ini shahih, maka hadits ini bukan untuk menonjolkan keutamaan negeri Cina dan juga tidak untuk menunjukkan kemuliaan masyarakat Cina. Karena maksud dari “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina” adalah hanya sekedar untuk memotivasi agar umat Islam giat dalam menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri Cina yang letaknya sangat jauh. Di samping itu, “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina” ingin menegaskan bahwa menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting, sehingga kendala jarak – dan itu berimplikasi pada kendala dana -- tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak menuntut ilmu.
Dalam konteks kekinian, pertanyaan yang muncul adalah, haruskah kita ke negeri Cina atau negeri-negeri lainnya untuk menuntut ilmu? Seandainya pemerintah -- sejak Indonesia merdeka hingga sekarang -- memberikan perhatian yang besar bagi terciptanya sistem pendidikan yang berkualitas, mungkin rakyat Indonesia cukup menimba ilmu di negeri sendiri. Menuntut ilmu di luar negeri hanyalah untuk memenuhi tuntutan spesialisasi atau keahlian di bidang tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh pendidikan di dalam negeri.
Tapi mengapa orang Indonesia, terutama mereka yang punya cukup dana, lebih suka menyekolahkan anaknya ke luar negeri? Jawabnya, karena peningkatan kualitas pendidikan di dalam negeri lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan kualitas pendidikan di luar negeri, apalagi di negara-negara maju. Indonesia belum mampu melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang dilakukan oleh Jepang, Korea, dan Thailand. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya sistem pendidikan nasional yang terintegrasi.
Sebagai contoh kecil misalnya betapa lemahnya konsep pendidikan dan pengajaran bahasa Inggris yang diterapkan di sekolah-sekolah. Pelajaran Bahasa Inggris sudah diajarkan sejak kelas 7 SMP hingga kelas 12 SMA. Setelah mendapatkan pelajaran selama enam tahun, setiap pelajar yang lulus SMA mestinya dapat menguasai bahasa Inggris secara lisan dan tulisan. Namun, pada kenyataannya, hampir tidak ditemukan lulusan SMA yang mahir berbahasa Inggris lisan dan tulisan, kecuali mereka yang secara khusus belajar bahasa Inggris di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan kursus bahasa internasional tersebut.
Kita berarap, pemerintah, baik pusat maupun daerah dapat berkonsentrasi pada perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional sejak saat ini. Anak-anak Indonesia di masa depan akan menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kita sekarang ini. Sangat mungkin mereka akan menghadapi zaman yang lebih canggih dengan tantangan yang makin kompleks daripada zaman sekarang. Mereka memerlukan keahlian dan keterampilan yang lebih hebat untuk mengelola negara dan bangsa ini.
Oleh karena itu, camkanlah pesan Rasulullah Saw. “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anakmu dan keluargamu dan didiklah mereka” (HR Abdur Razzaq dan Said bin Manshur). Secara tekstual, hadits ini memerintahkan para orangtua agar menanamkan kebaikan kepada anak-anak dan keluarganya. Tapi, secara kontekstual, pemerintah sebagai penanggung jawab negara punya kewajiban untuk menanamkan kebaikan kepada rakyatnya. Dengan cara ini, kita berharap rakyat Indonesia memiliki akhlak yang mulia yang dapat menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain di dunia. Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto