Haji dan Nilai-nilai Persatuan

8 Agu 2017

Oleh Syamsu Hilal

Allah Swt. mewajibkan ibadah haji sebagai sarana untuk mewujudkan nilai-nilai pengorbanan, persatuan, dan persaudaraan. Allah telah menjadikan Ka´bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia...” (QS Al-Maidah [5]: 97).
Hati sanubari senang menatap Baitullah. Jiwa menyatu dengan tubuh pada setiap langkah kaki ketika thawaf mengitari Ka’bah. Seluruh wajah di setiap tempat menghadap ke arahnya sebagai tanda kesatuan kiblat dan persatuan. Adapun Hajar Aswad yang menempel di sudut Ka’bah adalah titik pertemuan emosi manusia dan rasa persaudaraan. Siapa saja yang menyalaminya seolah-olah ia menyalami semua saudaranya sesama manusia, dan orang yang menciumnya seakan-akan mengirimkan keikhlasan dan kasih sayang kepada umat manusia.
Ketika jamaah haji berada di hadapan jamarat, mereka membayangkan bahwa kekuatan jahat menjelma dalam diri iblis laknatullah ‘alaihi, lalu mereka melemparinya dengan kerikil sebagai tanda permusuhan dengannya. Setelah itu, jamaah haji telah bersih dari dosa sebagaimana saat mereka dilahirkan. Setelah wuquf di ‘Arafah, Allah Swt. menurunkan kepada mereka rahmat yang berlimpah. Karena itulah, seharusnya mereka menjadi penolong Ar-Rahman (Allah Swt.) dan musuh bagi setan.
Jamaah haji di setiap ritualnya harus terhubung hatinya dengan Allah, tersambung jiwa dan ruhnya dengan ampunan, pahala, ridha, dan cinta-Nya. Apabila telah berihram, maka syiarnya adalah:
"Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Ketika melakukan thawaf, maka amal yang harus dilakukan adalah memanjatkan berbagai doa ke langit seraya berjanji untuk berkomitmen melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya:
“Dengan nama Allah, Allah yang Maha Besar, Ya Allah, demi keimanan kepada-Mu, dan membenarkan Kitab suci-Mu, memenuhi janji dengan-Mu serta mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad.”
Dengan demikian, hakikat pelaksanaan ibadah haji adalah untuk memperbaharui komitmen ketaatan kita kepada Allah Swt. sekaligus memperkuat persatuan dan persaudaraan di antara umat Islam. Peningkatan kualitas ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya harus tampak pada pribadi-pribadi usai pelaksanaan ibadah haji. Wallahu a’lam bish shawab.


0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto