Oleh Syamsu
Hilal
Hidup yang
damai, aman, dan serba berkecukupan adalah sesuatu yang didambakan setiap
insan. Namun, sunnatullah kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai
dengan yang kita inginkan. Life is never flat. Jalan kehidupan tidak
selalu lurus, kadang penuh liku, penuh onak dan duri. Dan tanpa kita sadari,
justru liku-liku kehidupan dengan segala tantangannya membuat kita semakin struggle
dan survive. Kisah-kisah tentang “kesuksesan” seseorang dalam menempuh
kehidupan hampir selalu ditandai oleh keberhasilannya mengatasi segala macam
tantangan yang ia hadapi.
Kesuksesan di
dunia hampir selalu dinilai dari keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan
harta dan memegang jabatan. Semakin banyak harta yang berhasil dikumpulkan dan atau
semakin tinggi jabatan yang berhasil diduduki, maka akan dipandang sebagai
orang yang sukses. Meski sudah banyak penelitian tentang rahasia kesuksesan
dalam meraih kehidupan di dunia ditambah dengan banyaknya buku-buku tentang
biografi orang-orang sukses, namun belum banyak penelitian ilmiah tentang
rahasia meraih ketenteraman dalam hidup. Dan dari sejumlah penelitian ilmiah
tentang rahasia ketenteraman jiwa, tidak ada satu pun yang menyimpulkan bahwa
harta yang berlimpah dan atau jabatan yang tinggi berkorelasi positif terhadap
ketenteraman jiwa.
Orang miskin
mengira orang kaya hidupnya tenteram, karena seluruh kebutuhan hidupnya
terpenuhi. Akan tetapi, orang kaya yang dikira hidup tenteram, dalam kacamata
dunia, sesungguhnya sama gelisahnya dengan orang miskin. Orang miskin hidup
gelisah lantaran kebutuhan hidupnya belum terpenuhi, sedangkan orang kaya gelisah
karena takut kehilangan hartanya. Selama ketenangan dan ketenteraman jiwa
diukur dengan timbangan dunia, maka ketenangan dan ketenteraman jiwa itu tidak
akan pernah diperoleh.
Allah Swt.
telah memberikan resep mujarab untuk manusia yang ingin meraih ketenangan dan
ketenteram jiwa. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’d: 28).
Ketenteraman jiwa
hanya akan diraih dengan dzikir (mengingat Allah) di setiap waktu dan tempat, pada setiap
ayunan langkah kaki, pada setiap ucapan lisan, hingga hati menemukan tempat
berteduh, yaitu di bawah naungan Rahmat Allah Swt. Hati yang selalu terhubung
dengan Allah, meyakini bahwa segala sesuatu bermula dari Allah dan berakhir
kepada Allah jua. Wallahu a’lam bishshawab.
0 comments:
Posting Komentar