Hati yang Tenang

21 Agu 2017

Oleh Syamsu Hilal

Hidup yang damai, aman, dan serba berkecukupan adalah sesuatu yang didambakan setiap insan. Namun, sunnatullah kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Life is never flat. Jalan kehidupan tidak selalu lurus, kadang penuh liku, penuh onak dan duri. Dan tanpa kita sadari, justru liku-liku kehidupan dengan segala tantangannya membuat kita semakin struggle dan survive. Kisah-kisah tentang “kesuksesan” seseorang dalam menempuh kehidupan hampir selalu ditandai oleh keberhasilannya mengatasi segala macam tantangan yang ia hadapi.
Kesuksesan di dunia hampir selalu dinilai dari keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan harta dan memegang jabatan. Semakin banyak harta yang berhasil dikumpulkan dan atau semakin tinggi jabatan yang berhasil diduduki, maka akan dipandang sebagai orang yang sukses. Meski sudah banyak penelitian tentang rahasia kesuksesan dalam meraih kehidupan di dunia ditambah dengan banyaknya buku-buku tentang biografi orang-orang sukses, namun belum banyak penelitian ilmiah tentang rahasia meraih ketenteraman dalam hidup. Dan dari sejumlah penelitian ilmiah tentang rahasia ketenteraman jiwa, tidak ada satu pun yang menyimpulkan bahwa harta yang berlimpah dan atau jabatan yang tinggi berkorelasi positif terhadap ketenteraman jiwa.
Orang miskin mengira orang kaya hidupnya tenteram, karena seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Akan tetapi, orang kaya yang dikira hidup tenteram, dalam kacamata dunia, sesungguhnya sama gelisahnya dengan orang miskin. Orang miskin hidup gelisah lantaran kebutuhan hidupnya belum terpenuhi, sedangkan orang kaya gelisah karena takut kehilangan hartanya. Selama ketenangan dan ketenteraman jiwa diukur dengan timbangan dunia, maka ketenangan dan ketenteraman jiwa itu tidak akan pernah diperoleh.
Allah Swt. telah memberikan resep mujarab untuk manusia yang ingin meraih ketenangan dan ketenteram jiwa. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’d: 28).
Ketenteraman jiwa hanya akan diraih dengan dzikir (mengingat Allah) di setiap waktu dan tempat, pada setiap ayunan langkah kaki, pada setiap ucapan lisan, hingga hati menemukan tempat berteduh, yaitu di bawah naungan Rahmat Allah Swt. Hati yang selalu terhubung dengan Allah, meyakini bahwa segala sesuatu bermula dari Allah dan berakhir kepada Allah jua. Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto