Oleh Syamsu Hilal
Jarir bin Abdullah ra. mengisahkan, beberapa orang Arab
pedalaman datang kepada Rasulullah Saw. dengan mengenakan pakaian lusuh dan
kumal. Melihat kondisi mereka, beliau merasa iba. Lalu Nabi Saw. mengimbau para
sahabat untuk membantu mereka. Namun, tak seorang pun yang bergerak untuk merespons
ajakan beliau.
Tiba-tiba seorang pria Anshar bangkit dan memberikan sejumlah uang
sedekah. Inisiatif baik pria Anshar tersebut lalu diikuti oleh yang lain,
hingga banyak sahabat ikut memberikan sedekah. Wajah Rasulullah Saw. tampak
bahagia. Lalu beliau bersabda, “Siapa yang memberi teladan kebaikan dalam
Islam, lalu diikuti oleh orang lain, maka untuknya pahala, dan pahala
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun pahala yang mereka
peroleh. Sebaliknya, siapa yang memberi contoh keburukan dalam Islam, lalu
diikuti oleh orang lain, maka baginya dosa, dan dosa orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka perloleh” (HR Muslim).
Hadits ini menggambarkan bahwa pahala dan dosa yang dilakukan
seseorang ternyata tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tapi juga pada
lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam Islam, dampak pahala dan dosa menganut
sistem Multi Level Marketing (MLM). Artinya, orang pertama yang melakukan
kebaikan akan mendapat pahala berlipat ganda jika aktivitas kebaikannya itu diikuti
orang lain. Begitu pula dengan perbuatan dosa.
Di sinilah rahasia sabda Rasulullah Saw. tentang kualitas iman Abu Bakar
Ash-Shiddiq Ra., “Jika ditimbang iman Abu Bakar dibanding dengan iman umat ini,
maka akan lebih berat iman Abu Bakar.” Sebabnya adalah ketika orang lain
mendustakan Rasulullah Saw., Abu Bakar selalu membenarkannya. Banyak sahabat
Rasul Saw. yang beriman karena dakwah Abu Bakar. Bahkan Abu Bakar selalu
menjadi lokomotif kebaikan, sampai-sampai sahabat lain tak mampu menandinginya.
Dengan pahala yang sangat besar itu, Abu Bakar termasuk salah seorang sahabat
yang dijamin masuk surga.
Orang-orang yang menjadi lokomotif kebaikan juga berpeluang besar
mendapatkan ampunan dan permaafan dari Allah Swt. seandainya mereka -- dengan
tidak disengaja atau dalam keadaan sangat terpaksa -- berbuat maksiat. Inilah
yang terjadi pada Hatib bin Abi Balta’ah yang mendapat ampunan dan permaafan
dari Allah Swt. dan Rasul-Nya ketika ia lalai membocorkan strategi Fathu Makkah
kepada para pembesar kafir Quraisy akibat tekanan psikologis yang sangat berat.
Allah Swt. dan Rasulul-Nya memaafkan kekeliruan Hatib lantaran ia termasuk ahlul
Badar.
Islam menyuruh kita agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul
khairat). Setiap Muslim dapat memulainya di lingkungan keluarga, di kantor
tempat bekerja, atau di tempat apa saja di mana benih-benih kebaikan dapat
ditebar agar tumbuh menjadi pohon-pohon kebaikan yang dapat menghasilkan buah bermanfaat.
Wallahu a’lam.
0 comments:
Posting Komentar