Peran Wanita dalam Dakwah Rasulullah Saw.

4 Sep 2011

Ketika Rasulullah Saw. diutus ke dunia, beliau bersabda, “Sesungguhnya wanita itu adalah pendamping pria” (HR Ahmad dan Abu Daud). Sejak saat itu paradigma pemikiran dan perlakuan terhadap wanita berubah seratus delapan puluh derajat. Derajat wanita diangkat dan dimuliakan. Wanita dikatakan sebagai pendamping pria karena pada setiap kesuksesan seorang pria, pasti ada peran wanita yang sangat signifikan. Apakah peran sebagai seorang ibu atau seorang istri. Banyak tokoh-tokoh menjadi penting dan terkenal lantaran ditopang oleh peran wanita. Maka, atas perannya yang demikian, wanita sering disebut sebagai tokoh penting di belakang layar.

Peran wanita Muslimah dalam dakwah Rasulullah Saw. amat signifikan. Sebagian besar mereka yang berhijrah ke Habasyah adalah bersama istri-istri mereka. Bahkan sejarah Islam mencatat bahwa manusia yang pertama kali menyambut dakwah Islam adalah seorang wanita, yaitu Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah Saw. Dan manusia pertama yang syahid di jalan Allah juga seorang wanita, yaitu Sumayyah.

Dalam kitab-kitab sirah dikisahkan, setelah Rasulullah Saw. menerima wahyu pertama di gua Hira, beliau pulang dalam keadaan menggigil. Tubuhnya gemetar ketakutan. Setibanya di rumah, Beliau meminta istrinya, Khadijah Ra., menyelimuti tubuhnya. Lalu, Khadijah menyelimuti dan mendekap tubuh Rasulullah Saw. dengan penuh kasih sayang, hingga hilang rasa takutnya. Khadijah tidak langsung menanyakan apa yang telah terjadi pada suaminya, hingga Rasulullah Saw. sendiri berkata, “Wahai Khadijah, tahukah engkau mengapa tubuhku tadi gemetar?” Belum sempat Khadijah menjawab, Rasulullah berkata lagi, “Sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku sendiri.” Khadijah menjawab, “Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang bersikap baik kepada kaum kerabat, selalu berbicara benar, membantu yang lemah, menolong yang sengsara, menghormati tamu, dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.” Mendengar ucapan itu, Nabi menjadi tenang.

Ketika para pemuka Quraisy dan pemudanya menyerang Abu Bakar Ra. dengan pukulan bertubi-tubi hingga membuat Abu Baka terluka parah, siapakah yang membersihkan luka-luka dan merawatnya? Salma, ibunda Abu Bakar. Sementara Abu Quhafah, ayah Abu Bakar, dan para pemuda Banu Tamim terdiam lantaran bingung melihat kondisi yang menimpa Abu Bakar.

Keislaman Utsman bin ‘Affan pun tak luput dari peran Su’da binti Kariz, bibinya. Islamnya Hamzah bin Abdul Mutholib juga tak lepas dari peran ibunya. Begitu pula keislaman Umar bin Khaththab tak lepas dari peran adik perempuannya, Fathimah.

Maka, berbahagialah para wanita yang dapat membantu ayah, suami, atau anaknya di jalan dakwah. Karena Allah dan RasulNya telah menjanjikan balasan pahala yang sama dengan pahala orang yang berdakwah di jalan Allah. Wallahu a’lam bishshawab. (Syamsu Hilal, 2009).

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto