Takdir

4 Sep 2011


Mungkin anda termasuk salah seorang yang menyaksikan kekalahan tim Ghana atas Uruguay di World Cup 2010 lalu. Kekalahan itu sangat menyakitkan. Betapa tidak? Bola yang sudah hampir pasti masuk ke gawang Uruguay ditepis oleh tangan Luis Suarez yang berada tepat di bawah mistar gawang. Gol yang dibutuhkan tim Ghana pun urung tercipta. Peristiwa itu bahkan terjadi pada menit ke-120 masa perpanjangan waktu, setelah selama 90 menit kedua tim bermain imbang 1-1.
Tak pelak wasit mengkartumerahkan Suarez dan memberi tendangan penalti bagi Ghana. Namun, belum juga tendangan dua belas pas dilakukan, para pemain Ghana sudah merayakan kemenangan. Kapten John Mensah, kiper Richard Kingston, dan Prince Boateng sudah melakukan selebrasi ke arah para pendukung. Namun, perayaan itu sirna hanya dalam tempo 40 detik. Takdir menentukan lain. Tendangan penalti Asamoah Gyan membentur tiang gawang bagian atas, dan bola keluar lapangan. Akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan adu penalti yang membawa Ghana tumbang dengan skor 2-4.
Bagi kebanyakan orang, peristiwa itu mungkin hanya penggalan kisah yang sekedar numpang lewat di depan mata. Namun, bila kita selami, hikmah yang terkandung di dalamnya begitu mendalam. Peristiwa itu menggambarkan betapa Allah Swt. Maha Berkehendak atas segala sesuatu. ”Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya mengatakan, “Jadilah!” Maka, jadilah ia” (QS Al-Baqarah: 117). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis” (QS Al-Qamar: 53). Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh) (QS An-Naml: 75).
Takdir adalah perkara ghaib. Kita tidak mengetahui bahwa sesuatu itu telah ditakdirkan, kecuali setelah terjadi. Adapun sebelum terjadi, kita diperintahkan untuk mengikuti sunnah kauniyah (sunnatullah yang ada di alam semesta). Kita tak boleh mendahului takdir, hingga seolah-olah segala apa yang kita usahakan pasti akan tercapai, lantaran semua tahapan perencanaan sudah dilakukan.
Jika Allah menetapkan takdir, pasti Allah juga menentukan sebab-sebabnya. Karenanya, Allah tidak menetapkan keberhasilan seseorang yang mencari keberuntungan dengan cara sembarangan. Allah Swt. menetapkan keberhasilan bila wasilah-wasilah-nya dipenuhi dengan baik, seperti kesungguhan, kemauan keras, kejelian, kecermatan, ketelitian, kesabaran, keuletan, dan sebab-sebab lain.
Jadi, mencari sebab tidak menafikan takdir, bahkan sebab-sebab itu termasuk takdir juga. Ketika Nabi Saw. ditanya apakah obat dan usaha yang dapat melindungi seseorang dari sesuatu yang tidak diingininya dapat menolak takdir, beliau Saw. menjawab, “Itu (obat) termasuk takdir Allah juga” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi). Wallahu a’lam. (Syamsu Hilal, 2010)

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto