Mengapa Manusia Merugi

22 Feb 2013

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar: 65).
                Ibarat seorang pedagang, tentu dalam hidup kita di dunia dan akhirat yang kita dambakan adalah keuntungan. Betapa tidak enaknya manakala kita menjadi pedagang yang rugi. Hal ini karena, disamping karena tidak memperoleh keuntungan, modal yang dimilikipun bisa berkurang dan habis yang membuatnya menjadi sangat sulit untuk bisa berdagang lagi, kecuali dengan cara berutang. Disamping beberapa poin yang sudah kita bahas pada tulisan terdahulu, akan kita bahas lagi beberapa poin yang menjadi faktor penyebab seseorang bisa mengalami kerugian dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat.
1.          Hubungan Yang Buruk Kepada Allah Swt.
Sebagai hamba Allah, manusia seharusnya bisa menjalin hubungan yang sebaik-baiknya kepada Allah Swt, karenanya di dalam Islam kita mengenal ada istilah taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) atau hablum minallah (hubungan kepada Allah). Manakala hubungan kepada Allah telah kita lakukan dengan sebaik-baiknya, akan kita peroleh keberuntungan dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat, sedang bila sebaliknya yang terjadi adalah kerugian yang nyata. Ada beberapa bentuk hubungan buruk kepada Allah Swt. yang bisa mendatangkan kerugian.
Pertama, durhaka kepada Allah yang juga berarti durhaka kepada Rasul-Nya, Allah memerintahkan sesuatu kepada manusia, tapi ia tidak mau mentaati perintah itu, atau Allah mengatur manusia dengan aturan yang baik, tapi manusia tidak mau diatur oleh aturan Allah dan Rasul-Nya, padahal aturan itu akan membawa kemaslahatan bagi manusia itu sendiri sehingga tercegah dari segala bentuk kerusakan. Kemurkaan Allah akan ditunjukkan kepada manusia, ini merupakan kerugian yang besar sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya,
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-Rasul-Nya, maka Kami hisab mereka dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar” (QS Ath-Thalaq :8-9).
Kedua, Menyekutukan Allah, baik dengan menuhankan sesuatu selain Allah maupun beramal bukan karena Allah, yakni ada unsur riya atau mengharapkan pujian orang lain dalam amalnya,  merupakan salah satu bentuk hubungan yang buruk kepada Allah Swt, karenanya Allah sangat murka kepada orang yang melakukan kemusyrikan seperti itu meskipun tergolong syirik yang kecil, sehingga amal-amal yang telah dilakukannya di dunia meskipun nampaknya baik, tetap saja tidak ada nilai apa-apanya di akhirat kelak, ini merupakan kerugian yang sangat nyata, Allah Swt. berfirman yang artinya,
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar: 65).
Ketiga, berprasangka buruk kepada Allah, hal ini disebut bisa mendatangkan kerugian karena sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah mestinya kita bisa berperasangka baik kepada Allah sehingga meskipun kita mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini kita tidak menyalahkan Allah Swt. Disamping itu, kita juga disebut telah berprasangka buruk kepada Allah bila kita menganggap keburukan dan niat buruk yang kita lakukan tidak diketahui Allah Swt., padahal Dia Maha Tahu terhadap apapun yang terjadi pada makhluknya, bila kita berprasangka buruk kepada Allah seperti itu, maka kita akan menjadi orang yang rugi,  Allah Swt. berfirman yang artinya,
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahwa kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS Fushshilat: 22-23).
Keempat, mengingkari ayat-ayat Allah, hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat manusia bisa mengalami kerugiaan, hal ini karena dalam hidupya manusia pada hakikatnya sangat memerlukan petunjuk dari Allah Swt., dengan petunjuk itu, manusia  akan menjalani kehidupan dengan baik dan menyenangkan, sedangkan bila tidak menggunakan petunjuk Ilahi, kehidupan manusia menjadi sesat, sedang yang dilalukannya adalah hal-hal yang bernilai maksiat sehingga hal itu akan membawa kerugian bagi dirinya sendiri, karena timbangan amal kebaikannya menjadi sangat ringan, Allah Swt. berfirman yang artinya,
Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami” (QS Al-A’raf: 9. Lihat juga QS Al-Baqarah: 121, Yunus: 95).
2.        Takut Kepada Musuh.
Kehidupan di dunia ini memang sebuah pertarungan, banyak sekali musuh-musuh orang beriman yang menghalangi mereka dari jalan hidup yang benar, karena itu kaum muslimin tidak boleh takut kepada musuh-musuhnya itu, apalagi bila peperangan secara fisik telah terjadi. Karena itu, Rasulullah Saw dengan para sahabatnya telah menunjukkan kepada kita akan keberaniannya yang menakjubkan dalam menghadapi musuh-musuh yang tidak suka terhadap Islam dan kaum Muslimin, bahkan tidak sedikit para sahabat yang justeru mendambakan kematian di medan jihad sehingga tidak ada perasaan takut mati dan ini membuat orang kafir menjadi takut sebagaimana Khalid bin Walid yang menangis menjelang kematiannya karena ia tidak mati di medan perang, tapi mati di atas tempat tidur. Hal ini karena mati di medan perang dalam upaya menghadapi musuh-musuh Islam merupakan sesuatu yang sangat mulia, ini bukan berarti kematian Khalid di atas tempat tidur sebagai kematian yang tidak mulia.
Manakala seorang muslim takut dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka kerugian yang tiada terkira akan dialaminya. Paling tidak ada dua kerugian orang yang takut kepada musuh-musuh Allah Swt.
Pertama, kehidupannya di dunia akan berada di bawah kendali musuh-musuhnya sehingga ia harus tunduk kepada kehendak sang musuh itu meskipun ia sebenarnya tidak menyukainya. Kondisi ini akan membuat manusia yang mengaku muslim ini akan menjadi seperti kerbau yang dicocok hidungnya lalu ia harus berjalan kepada talinya ditarik. Bahkan bisa jadi hal ini bukan membuat sang musuh menjadi senang, tapi malah semakin sewenang-wenang karena ia yakin tidak akan mendapat perlawanan. Secara psikologis, hal ini akan membuat seorang muslim merasa begitu lemah dan musuhnya dianggap begitu kuat dan pada akhirnya seorang muslim yang tunduk kepada sang musuh itu akan menjadi minder dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Singkat kata, dalam kehidupan di dunia ini, orang yang takut kepada musuh-musuhnya, kaum muslimin tidak akan memiliki harga diri, martabatnya menjadi begitu hina dan rendah.
Kedua, memperoleh murka dari Allah Swt. dalam kehidupannya di akhirat kelak, hal ini karena Allah Swt menghendaki agar kaum Muslimin menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin, ketakutan kepada musuh bukanlah karakter orang yang beriman, karena kapan saja orang beriman siap menghadapi musuh yang memiliki kekuatan besar sekalipun, karena mereka yakin bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, tak ada takut kepada kematian, tapi yang takut kepada musuh dan kematian adalah orang-orang yang munafik, Allah Swt. meneggaskan soal ini yang terdapat dalam firman-Nya yang artinya,
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.’ Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?. Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?’ Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh’” (QS An-Nisa`: 77-78).
Oleh karena itu, Allah Swt. menegaskan agar seorang Muslim tidak takut dalam menghadapi musuh-musuhnya yang tidak suka terhadap kemajuan kaum Muslimin, karena hal itu hanya akan mendatangkan kerugian di dunia maupun di akhirat, Allah berfirman yang artinya,
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi (QS Al-Maidah: 21).
Akhirnya menjadi semakin jelas bagi kita bahwa kerugian akan menimpa kepada seseorang dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat, meskipun ia mengaku sebagai seorang muslim manakala tidak konsekuen dengan pengakuannya itu. Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto